Budayakan untuk Vote sebelum membaca, ok?
Aravika menghela napas dengan gusar. Rasanya ingin sekali dia menerobos pintu ruang rawat yang berada dihadapannya ini, dan langsung melihat bagaimana kondisi Arland saat ini. Apakah dia sudah mulai membaik? Apakah dia masih merasa kesakitan? Apakah Arland membutuhkan sesuatu? Ataupun, apakah sudah siuman? Ingin sekali rasanya Aravika untuk menanyakan itu pada Arland dan menghiraukan semua peraturan yang ada. Namun dia tak bisa egois, dia tetap harus dapat menahan dirinya sendiri.
Mereka semua sedang menunggu kedatangan orangtua Arland, sedangkan Arland sendiri sudah dipindahkan keruang rawat inap. Aravika masih gelisah ditempatnya, berharap jika orangtua Arland dapat mengijinkannya masuk ke dalam dan menjaga Arland.
Tak lama, suara derap langkah kaki yang terdengar terburu-buru membuat semua orang menoleh ke asal suara. Disana ada sepasang pria dan wanita paruh baya yang raut wajahnya cemas sekali.
'Apa itu orangtuanya Arland?'batin Aravika.
Seketika, menyusup rasa bersalah yang sangat besar yang dirasakan Aravika. Dia terpikirkan atas apa yang terjadi pada Arland. Dirinya. Dirinyalah yang menjadi penyebab, hingga Arland menjadi terbaring lemah di ruangan sana.
'Gue. Gue yang udah buat Arland jadi kayak gini. Coba aja Arland gak selamatin gue, coba aja kalo gue gak disekap Tasya. Mungkin semuanya ga bakalan jadi kayak gini!'rutuknya pada dirinya sendiri.
"Vik."panggil Rio, menyadarkan dia dari lamunan yang berhasil menguasai pikirannya.
Aravika menoleh kearah Rio dan tersenyum tipis. "Ya?"
"Orang tuanya Arland udah datang, tuh."
Aravika menoleh, dia tidak menyadari bahwa sedari tadi kedua pasangan suami istri itu sudah berada dihadapannya dengan raut wajah yang begitu cemas. Aravika menghela napas pelan, berusaha untuk tetap tenang dan tidak gugup.
"Rio."panggil Vandri, yang membuat Rio langsung menegakkan tubuhnya.
"Ya, om,"jawabnya pelan.
"Bagaimana keadaan Arland?"
" Udah mendingan om, tinggal nungguin dia sadar aja,"jawab Rio takut-takut. Aura tegas yang dikeluarkan Vandri-ayah Arland membuat siapa saja dapat merinding merasakannya.
Pasangan paruh baya itu menghela napas lega. Hanya dengan mengetahui bagaimana keadaan Arland yang baik saja sudah cukup bagi mereka. Orangtua mana yang tidak khawatir pada anaknya ketika anaknya masuk rumah sakit ?! Karena rata-rata orang tua didunia ini menyayangi anaknya.
Pandangan Keyra-ibu Arland sedari tadi jatuh pada Aravika yang berdiri dengan gugup dihadapannya. Dia sedikit bingung dan penasaran, siapa gadis yang sedang berada dihadapannya saat ini. Dengan lembut, Keyra menghampiri Aravika yang mencoba tersenyum manis.
"Kamu siapa?"tanyanya lembut penuh dengan aura keibuan.
Mendengar nada yang dikeluarkan Keyra membuat Aravika mulai bisa memposisikan dirinya. Keyra yang lembut, dapat membuat siapa saja melunak karena auranya yang tenang.
"Saya Aravika tante." Aravika tersenyum kikuk saat mendapati Vandri menatap Aravika dengan tatapan menilai.
"Maksud tante, kamu siapanya Arland?" tanya Keyra lagi.
"Saya pacarnya tante,"ucapnya dengan gugup. Tetapi Keyra hanya tersenyum lembut, sadar akan tatapan terkejut Vandri yang berada disampingnya.
"Sejak kapan kamu mengenal Arland?" suara bass yang berasal dari Vandri berhasil membuat jantung Aravika berdetak hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Badboy
Подростковая литератураHighest ranking: #34 in teenfiction (17-02-17) #26 in teenfiction (19-02-17) Potongan-potongan memori itu kembali, membawa luka lama yang kembali berdarah. Menyisakan kesakitan bila diingat kembali. Dan disaat semua sudah mulai berubah, disaat 'nyam...