Biasakan untuk Vote, sebelum membaca, ok?
'Tasya adalah penyusupnya."
Sedari tadi kalimat itu terus menerus berngiang ditelinga Arland yang membuat Arland semakin pusing. Bagaimana bisa Tasya tega melakuan ini semua? Apakah ini karena obsesi Tasya terhadap dirinya, yang selama ini selalu diacuhkan Arland?
Tasya. Dia akan menerima hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Karna ini juga bisa disebut kriminal, bukan? Dan pastinya, Arland akan memastikan Aravika baik-baik saja.
Arland tersadar dari lamunanya lalu menatap Fabian yang sepertinya berpikiran sama dengannya. Fabian menganggukan kepalanya, pertanda bahwa dia mengerti dengan tatapan mata yang diberikan Arland kepadanya. Mereka langsung bergegas menuju kendaraannya masing-masing. Tetapi sebelum itu, Arland sudah menghungi Rio dan Bani untuk segera melapor ke polisi, mencegah kejadian yang tidak diinginkan nantinya.
Tak lupa Arland juga memberitahu bahwa kecurigaannya saat ini adalah Tasya. Tasya yang menculik Aravika saat ini.Ponsel Arland kembali bergetar, dengan terburu-buru Arland mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelponnya. Pikirannya sudah terfokus pada Aravika.
" Halo?"ucapnya langsung.
"Dimana adek gue?!"
Arland tersentak. Kemudian dia melihat siapa yang menelponnya. Arland tertegun, berusaha untuk bersikap tenang ditengah kegelisahan yang melandanya saat ini.
"Kak, Ara... dia..."
"DIA KENAPA BANGSAT?!"
"dia diculik kak, tapi gue pastiin dia gak akan kenapa-napa. Gue akan segera nemuin dia dalan keadaan baik-baik aja."ucap Arland langsung, dia harus berpikir positif saat ini. Dia harus bisa meyakinkan Rafael, jika Aravika akan selamat karena Arland akan melindunginya dengan seluruh kekuatan yang dia miliki. Tak peduli harus mengorbankan nyawa, dia akan berusaha sampai dimana dia sudah tidak bisa berusaha lagi, walaupun itu berarti sampai dia mati.
"INI UDAH YANG KEDUA KALINYA LO NGEBAHAYAIN ADEK GUE! GUE BISA AJA GAK PERCAYA LAGI SAMA LO! Tapi gue tau kalo Aravika itu cinta banget sama lo,"ucap Rafael yang lirih pada akhir kalimatnya.
Arland menghela napas lelah dan lega. Lelah dengan semua permasalahan yang secara beruntun datang ke kehidupannya, dan lega karena Rafael, kakak dari kekasihnya tidak tega memisahkan mereka berdua. Karena jika mereka dipisahkan, bukan hanya Arland yang akan terluka namun Aravika pun akan terluka. Dan Rafael terlalu menyayangi Aravika, sehingga tidak tega untuk membuat adik kesayangannya itu bersedih.
"Maafin gue kak, gue bakalan jemput Aravika sekarang juga. Dan thanks karna udah biarin kami tetap dekat."
"Gue serahin ini semua sama lo, inget! Ini tanggung jawab lo! Kalo sampai jam 12 malam nanti adek gue belum lo bawa pulang, lo bakalan gue hajar."
Sambungan dimatikan oleh Rafael sedetik ketika dia selesai berbicara. Arland kembali menoleh ke arah Fabian yang telah menunggunya sejak tadi, kemudian mengisyaratkan untuk segera naik ke mobil masing-masing.
Arland mengecek gps dari ponsel Aravika. Dan gotcha... dia menemukannya. Sinyal itu berasal dari sebuah rumah tua yang cukup besar dan bertingkat dua, yang berada dipinggir perkotaan. Tempat yang cukup strategis untuk menyekap sandera. Ternyata Tasya punya otak yang licik untuk melakukan tindakan kriminal seperti ini.
'Aku akan bebasin kamu secepatnya Ra, aku janji."batin Arland dengan senyum kecutnya. Dia semakin mempercepat laju kendaraannya yang disusul oleh mobil Fabian dibelakangnya.
•°•°•°•
"Lepasin gue!"teriak Aravika untuk yang kesekian kalinya. Teriakannya kali ini semakin melemah, akibat tenggorokannya yang mengering.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Badboy
Ficção AdolescenteHighest ranking: #34 in teenfiction (17-02-17) #26 in teenfiction (19-02-17) Potongan-potongan memori itu kembali, membawa luka lama yang kembali berdarah. Menyisakan kesakitan bila diingat kembali. Dan disaat semua sudah mulai berubah, disaat 'nyam...