Budayakan Vote sebelum membaca....
Arland dan Aravika turun dari mobil dan berjalan beriringan menuju kelas Aravika. Mereka menyusuri koridor kelas duabelas sambil mengobrol banyak hal, yang membuat mereka tidak sadar bahwa saat ini mereka menjadi pusat perhatian satu sekolah. Ada saja komentar pedas dan kagum dari tiap murid Persada yang menatap ke arah mereka. Dan untuk pertama kalinya, Aravika tidak merasa risih ketika menjadi pusat perhatian. Dan itu semua karna Arland. Saat ini, Arland telah menjadi dunia Aravika, dan membuat Aravika dapat menghiraukan komentar pedas yang membuat panas telinga yang mendengar.
Mereka menyusuri koridor hingga mereka sampai didepan kelas Aravika. Tetapi sebelum Aravika memasuki kelas, Rio sudah memanggil dirinya dan juga Arland. Rio, Bani, Fabian berjalan dengan terburu-buru ke arah mereka yang sedang dilanda kebingungan.
"Kenapa? Kok pada gelisah gitu?"tanya Aravika.
" Lo bertiga kenapa sih? Kayak dikejar setan. Lagian, setan kok ngejar setan,"tambah Arland.
Rio menatap Arland tajam. "Jadi lo nganggep kami bertiga setan? Tai. Kalo kami setan lo apa? Lebih dari setan gitu?!"
"Ya dia Iblisnya lah,"timpal Bani.
"Jangan pada becanda, kita sekarang lagi dapat masalah serius." Fabian menghentikan percakapan konyol mereka dan seakan mengingatkan mereka akan sesuatu.
"Kenapa?"kali ini Arland serius dan terlalu penasaran dengan apa yang akan mereka bahas, apalagi mereka mengajak Aravika untuk ikut mendengarkan mereka.
"Ini gawat Land,"kata Rio dengan suara pelan.
"Kita gak bisa bicara disini, karna banyak siswa yang ngeliat kita,"potong Bian.
Fabian berjalan mendahului mereka yang masih terdiam ditempat. "Rooftop,"kodenya. Mereka berempat minus Aravika mengangguk dan berjalan mengikuti Fabian. Arland menggenggam tangan Aravika dan menariknya pelan agar mengikuti Fabian ke rooftop.
Aravika hanya bisa mengikuti Arland tanpa tau harus menayakan apa. Terlalu banyak pertanyaan dibenaknya saat ini, namun dia tetap menyimpannya dan menunggu waktu yang tepat untuk mendapatkan penjelasan atas semua pertanyaannya.
"Jadi?"tanya Arland begitu mereka semua sampai di rooftop dan setelah Bani mengunci pintu rooftop.
"Polisi udah nemuin tanda-tanda keberadaan Tasya."
Fabian mengungkapkan dengan suara yang jelas dan dengan sekali tarikan napas yang membuat tubuh Aravika bergetar dan Arland menahan napasnya sebentar. Rio dan Bani menghela napas panjang, merekapun memiliki reaksi yang sama pada saat mendengar berita itu.
"Polisi nelpon gue karna hp lo gak bisa dihubungi, dan mereka bilang kalo persembunyian Tasya udah diketahui. Tapi..."
"Tapi apa?!"sentak Arland. Jantungnya seakan terpompa dengan cepat, dia merasakan perasaan yang tidak bisa dia jelaskan dengan detail.
Fabian menutup matanya, dan seakan takut untuk melanjutkan ucapannya tadi.
"Tapi Tasya udah keburu ninggalin tempat itu dari lama. Dan dari sana, polisi tau kalau selama ini Tasya berpindah-pindah untuk kabur dari kejaran polisi. Dan itu ngebuat polisi semakin sulit untuk nangkap Tasya."Tubuh Aravika bergetar, membuat Arland mengeratkan genggaman tangannya agar Vika merasa bahwa dia tidak sendirian. Akan ada Arland yang berusaha melindunginya.
"Kita harus gerak cepat Land." Kali ini Rio yang bersuara, dia sudah terlali geram melihat Tasya yang semakin lincah untuk kabur dari kejaran polisi.
"Kita harus ikut bantuin polisi untuk nangkap Tasya secepatnya, atau dia akan semakin membahayakan nyawa lo sama Aravika."
"Kita harus bisa kerjasama dengan polisi,"tambah Bani.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Badboy
Fiksi RemajaHighest ranking: #34 in teenfiction (17-02-17) #26 in teenfiction (19-02-17) Potongan-potongan memori itu kembali, membawa luka lama yang kembali berdarah. Menyisakan kesakitan bila diingat kembali. Dan disaat semua sudah mulai berubah, disaat 'nyam...