Ada banyak alasan yang membuat saya tidak pernah bisa untuk bertahan pada suatu kondisi dan ada banyak alasan juga untuk saya tidak bisa diam dalam satu situasi itu, singkatnya saya pribadi yang moody. Saya sudah mencoba untuk memperbaiki penyakit lama ini tapi saya tetap saja begitu, apalagi ketika saya sedang dalam masanya moody. Semua bisa kena sasaran makanya saya memilih menghindar sekedar untuk menenangkan diri.
Kita semua tahu bahwa selingkuh dan perselingkuhan adalah hal yang biasa dalam hal percintaan dan saya juga setuju kalau setiap orang tidak dapat mencintai satu orang seutuhnya, saya yakin setiap orang pasti punya potongan hati yang lain meskipun itu hanya sedikit. Dan ini terjadi pada saya dan Nata.
Kalian boleh men-judge saya tidak setia atau menyebut saya wanita ular, but well saya benar- benar butuh penyemangat waktu itu dan saya mengerti Nata berada di dalam jadwalnya yang paling sibuk. Saya bukan tipe wanita yang menuntut dan cengeng karena saya sudah berkomitmen dari awal, hubungan ini bukanlah hubungan remaja yang semuanya tentang menuntut, semuanya tentang kemana - mana selalu bersama, semuanya tentang ke-egoisan, semuanya tentang bagaimana caranya kita bersenang - senang di dalam hubungan itu. Bukan, saya dan Nata punya komitmen bahwa kita harus tau batasan masing- masing tentu saja harus di dasarkan kepercayaan. Dan dengan berat hati saya katakan saya menghancurkan kepercayaan lelaki yang selalu saya rindukan tiap menit itu.
Saya baru saja menerima telfon dari Nata, dia bilang tidak akan pulang (lagi) minggu ini ke Jakarta karena distronya di Bandung masih harus dalam pengawasan untuk dua minggu kedepan dan kita sudah hampir satu bulan tidak bertemu dan itu menyiksa. Kalian pasti tau rasanya. Meskipun sudah ada komitmen di awal tentang hubungan kami tapi kalau saja suasana kantor tidak membuat saya menjadi sekacau ini saya tidak mungkin menuntutnya untuk ada di samping saya sekarang. Singkatnya saya sedang jenuh. Kalian mungkin berpikir oh come on itu hanya soal jenuh, kenapa jadi seribet ini? No, it's not only about being bored. Dan kalian tidak akan mengerti jika saya mendeskripsikannya dengan kata- kata karena kalian harus merasakan agar tahu bagaimana perasaan saya sekarang.
Saya kembali menyeruput latte, kopi kesukaan Nata. Begini cara saya melepas rindu jika ia jauh dari jangkauan saya.
"Mine?" Saya menoleh ke sumber suara
Suara lembut tapi masih terdengar gentlemen. Saya ingat itu punya siapa.
"Hai, kamu Mine kan?"
"Loh Jojo? Apa kabar?"
Jojo, atau nama lengkapnya Jorell Baswara. Kalau kalian familiar dengan namanya, ya memang harusnya kalian tidak asing karena Jojo adalah anak dari salah satu pengusaha terkenal di Indonesia, di garis bawahi ya bukan di Jakarta saja tapi di Indonesia maka dari itu namanya lumayan terkenal dan familiar di telinga. Jangan kaget atas fakta di atas tadi karena memang itu benar nyatanya. Tapi, selama saya kenal Jojo meskipun ia anak dari pengusaha terkenal ia selalu bersikap rendah hati dan tidak sombong. Mungkin, gen dari orangtuanya terlalu bagus makanya menghasilkan lelaki sempurna seperti Jojo. Kalian mau tau hal yang lebih mengejutkan dari semuanya?
Akan kalian temukan di akhir nanti.
"Baik, Ne. May I join with you?"
Well, suara Jojo memang suara yang paling merdu menurut saya. Wibawa tapi tetap smooth serasa menyeruput Caramel macchiato kesukaan saya.
"Ya boleh dong, Jo"
"Kamu sendirian?" Kata Jojo sambil menarik bangku di samping saya
"Iya"
"Kamu gak berubah ya? Aku tebak pasti lagi ada masalah"
"Bukan masalah besar sih. Cuma lagi capek aja"