Hectic

253 52 15
                                    

Hari itu saya memutuskan untuk cuti dan saya sudah berjanji dengan Nata untuk pergi ke bioskop menonton bersama akan tetapi tiba – tiba saja bos saya menelfon dan meminta saya untuk kembali ke kantor karena ada urusan mendadak. Jadilah pertengkaran sengit di telfon terselenggara.

"Maaf, Nat...tapi ini urgent"

"Kantor lo kapan gak urgent sih?"

"....."

"Gue penting gak sih, La?"

"Nat..."

Saya menghela nafas, saya angkat tangan kalau ia sudah melontarkan kata- kata seperti tadi. Kami memang sangat sibuk akhir- akhir ini sampai lupa menikmati waktu bersama. Nata sengaja mengosongkan jadwalnya hari ini dan menyamakan dengan cuti yang saya ambil. Kami bermaksud mengenang masa- masa pacaran waktu kami masih menjadi mahasiswa dulu, semuanya sudah tersusun dan saya merusaknya.

"Aku penting gak?"

Nata menggunakan kata 'aku' lagi, pasti dia serius soal ini.

"Kamu tau jawabannya"

"Penting gak?"

"Penting Nat, tapi kerjaanku juga penting. I mean..." saya belum menyelesaikan kalimat saya Nata sudah bicara lagi di sebrang.

"Yaudah sekarang jelas kan kalau pekerjaan kamu lebih penting"

"Nat...oh my god please don't act like a teenager we're old now"

"No I don't act like a teenager. I just want to make it clear?"

"Okay listen. Aku bakal balik sebelum jam 5, kamu tunggu di rumahku"

"I take that"

"I promise"

"hm" Nata sudah terdengar kesal di sebrang, saya berani bilang begitu karena saya pikir saya tidak akan lama. Tapi nyatanya sudah lewat jam 6 dan saya masih di kantor. Nata sebelumnya sudah mengirim saya pesan singkat dan memberitahukan kalau film yang akan kita tonton akan mulai jam 6 dan saya masih di kantor. Saya bisa membayangkan bagaimana wajahnya sekarang .

Sampai pada akhirnya jam 6 lewat 15 saya dibolehkan meninggalkan kantor dan mengganti cuti saya dengan hari esok. Saya bergegas pulang meskipun saya tahu pasti Nata sudah lengkap dengan rautan kesal di mukanya. Tapi saya terima itu memang kesalahan saya.

Saya me-markirkan mobil saya di garasi. Dari luar sudah terlihat cr-v putih udah terparkir di depan rumah. Saya berani jamin pasti sudah dari sore mobil itu diam disitu dan saya sedang menata hati takut- takut akan berantakan di dalam.

Yang di tunggu sudah berada di ujung pintu masuk rumah saya. Sambil tersenyum saya sapa lelaki jangkung itu.

"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Lelaki itu masih diam.

"Ayo nonton"

"Udah gak mood. Gue pulang ya"

"Nata...." Kata saya sambil menarik tangannya

"La, gue udah gak mood"

"Jangan gitu"

"Apa yang jangan gitu?"

"Nat... kan kita mau nonton bareng??"
"Filmnya udah mulai satu jam yang lalu. Terus apa yanh harus di tonton?"
"Yaudah kita beli tiket lagi aja?" Saya memberi saran sambil tersenyum lebar berharap lelaki ini juga ikut tersenyum atau setidaknya mengiyakan apa yang saya sarankan.

Seorang NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang