Tanaman Liar

159 23 36
                                    

Seperti tanaman liar yang senantiasa di pelihara akan subur juga, begitu juga perasaan entah berantah ini yang seketika muncul tanpa mengucap halo dan tidak lekas pergi karena ingin singgah lebih lama lagi. Dengan kalimat 'lagi' yang berada disitu membuat variabel baru bahwa tidak bisa dipastikan berapa lama ia ingin singgah. Entah berapa lama perasaan liar itu butuh tumbuh dan akhirnya menuntut berkembang yang nantinya kata 'nyaman' berubah menjadi sayang.

Dia Danendra, atau biasa kusebut Danen atau Dan atau Nen atau semau saya dan tergantung mood saja. Kehadirannya sudah hampir enam bulan di perusahaan tempat saya bekerja tapi kehadirannya di hati saya baru sekitar tiga minggu ini. Berawal dari selera musik yang sama, rumah searah, hobi yang sama, selera film yang sama, makanan kesukaan yang sama. Dan hal-hal yang sama lainnya, membawa kami kedalam fase lebih dari sekedar teman. Pertukaran pesan singkat yang awalnya tentang pekerjaan sudah mulai berubah menjadi kepastian atau memastikan 'udah makan?' 'udah shalat?' 'udah baca buku ini belum?' 'eh udah nonton film ini? Nonton yuk kayanya seru' 'by the way coba dengerin musik ini deh' 'ayo aku temenin' dan lain lain. Yang awalnya saya tidak sengaja bareng ke kantor karena mobil saya harus di inapkan di bengkel. Menjadi sebuah rutinitas, meskipun si mobil baik-baik saja di parkiran.

Danen, bagai tanaman liar yang kalau terus dipelihara akan subur tapi saya tidak tahu apakah itu akan indah. Apakah itu akan sama dengan tanaman yang senantiasa saya rawat. Danen bagaikan seribu teka-teki yang belum terpecahkan tapi saya terus memecahkannya supaya rasa penasaran saya terpenuhi. Namun, semakin saya penasaran semakin dalam juga saya larut dalam diri seorang Danen.

"Ne, gue punya lagu bagus deh" Kata dia yang langsung menaruh sumpitnya lalu bergegas menyentuh layar ponsel disamping meja, memasang headset yang ia sisipkan di sela-sela telinga saya.

Melodi pertama mulai terdengar, suara gitar yang seketika mengisi seluruh ruang di telinga membawa aura sejuk di hati. Tapi itu tidak bertahan lama, sebaris lirik pertama saya tau ini lagu milik siapa. Sampai di reff saya makin mengerti dan akhirnya saya lepaskan kedua headset tersebut dan memutuskan untuk kembali makan semangkuk udon yang hampir dingin.

"Bagus?" Tanyanya.

Saya mengangguk sambil menyeruput kuah udon yang sudah tidak hangat lagi.

"Itu mewakili perasaan aku ke kamu, Ne"

Pada detik itu juga saya tersedak kuah udon yang sebenarnya tidak pedas sama sekali. Seketika saya sulit bernapas. Apa yang di ucapkan Danen tadi sejujurnya di luar ekspektasi.

"pelan-pelan makannya" Katanya sambil menepuk-nepuk dada saya sambil memberikan ocha hangat untuk saya minum.

Danen, memang sempurna. Dia berasal dari keluarga dengan latar belakang suku Jawa. Saya yakin dia akan lulus dari restu Ayah dan Bunda yang selalu menginginkan menantu keturunan Jawa. Dia sangat asik, dia tau bagaimana cara menangani anak remaja jadi restu dari adikku juga pasti akan dilewatinya dengan mudah. Tapi, kehadiran Danen lah yang salah dia hadir di waktu yang tidak tepat. Membuat segala kesempurnaannya tidak berlaku lagi.

"Dan...aku mau jujur sama kamu" Dengan segala pergulatan hati dan pikiran akhirnya saya memutuskan untuk mengaku.

"Iya?"

"Aku...udah punya pacar"

"Yaudah. Terus kenapa?"

Jawaban Danen sungguh diluar dugaan, saya kira ia akan menyalahkan saya kemudian menuduh saya wanita macam-macam. Atau paling buruk dia tidak mau menemui saya setelah ini.

"Ya kaya gini kan salah?"

"Yang nikah aja bisa cerai, apalagi yang baru pacaran? Menurutku batasan mencinta gak bisa cuma soal dia sudah punya pacar atau dia sudah punya suami atau istri. Cinta mempunyai kontrol yang lebih besar dari seseorang" Jelas Danen.

"Tapi di dalam sebuah hubungan harus ada setia kalau kamu mau berhasil"

"Benar, Ne. Tapi apakah kamu bisa jamin kalau orang yang kamu setia-kan itu adalah yang terbaik buat kamu nanti?"

Saya tercekat. Danen memang lelaki yang punya seribu cerita dan perspektif.

"Bukan kamu yang jawab dia cinta sejati kamu atau bukan, Ne. Tapi waktu yang akan menjawabnya"

"You will mad with me if i say this, but i've been dating him since my first semester"

"Then are you sure about it? Maybe i sound rude but Lamanya kamu menjalin hubungan sama pacar kamu itu bukan berarti kalian jodoh kan?"

Saya terdiam lagi. Cukup lama sampai pada akhirnya Danen tau saya berada dalam suatu dilema dan akhirnya ia memecahkan lamunan saya.

"Maaf aku gak maksud buat kamu kaya gini. Tapi, kamu bisa kasih aku kesempatan yang sama kaya dia"

"Kalau waktu nanti bilang aku bukan cinta sejati kamu. Aku mundur" Tambahnya.

Danen, please. Rintihku dalam hati.

"Gak perlu ada yang beda. We do our things like we used to" Ujarnya sambil menggenggam tangan saya yang sejak tadi berada diatas meja.

"Ya??" Kata Danen memastikan kembali bahwa saya mengiyakannya. And my mind said...yes.

Setelah itu hati saya tidak lagi utuh. Setelah itu ada ruang yang terbagi atas dua dunia. Dunia Nata dan dunia Danen. Tidak tahu kapan tanaman liar itu akan terus tumbuh tapi, tanaman liar akan mati kan?

***

I present you Danendra Wijaya. And the song that he gaves to Mine.

 And the song that he gaves to Mine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang