Tentang Mentari (Nata)

147 40 30
                                    

Ini pertemuan sekian kali gue dan Mine setelah dia balik lagi ke kehidupan gue. Ini juga alasan sekian kali yang gue buat supaya tetep bisa ketemu dan lihat dia. Gue yang emang gak peka atau emang dia gak sadar kalau gue manfaatin segala peluang yang gue punya buat ketemu dia.

Tentang Widya, dia belom balik dari Surabaya, orang tuanya masih pengen dia tinggal disana dua hari yang lalu dia kabarin gue kalau dia gak bakal pulang dalam waktu dekat ini. Alasannya karna orang tuanya masih kangen. Tapi gak tau kenapa gue punya firasat beda, semoga aja itu cuma firasat doang.

Mine hari ini gak seceria biasanya atau emang sejak dia balik lagi dia gak seceria itu? Di depannya padahal makanan kesukaannya. Sepiring pasta oglio-olio yang dari tadi dia cuma aduk - aduk dan mungkin sekarang udah dingin.

"Kali ini apa lagi alasannya Nat?" Mata dia masih menatap garpu yang lagi nari-nari di sepiring pastanya. Tapi suara rendahnya tegas ngajak gue ngomong

"Hm??"

"Kali ini kebetulan apa lagi yang lo buat?"

"Kebetulan?"

Gue natap dia heran, dia balik natap gue dengan tatapan kosong sambil berenti muter-muterin garpunya.

"Nat gue capek"

Gue cuma bales pake tatapan bingung.

"Gue capek kalau harus ketemu lo terus kaya gini. Otak gue capek buat yakinin hati gue kalau lo tuh bukan buat gue. Otak gue capek karna hati gue selalu nuntut. Gue capek jadi gak sehat, Nat" Mine jelasin itu pake tatapan kosong dengan suara rendah khasnya yang sekarang bikin gue jadi ngerasa bersalah.

"Apasih mau lo? Mau buat gue gila?"

"La...."

"Stop calling me with that name"

"Lola..."

"Stop, gue bilang"

"Gue gak maksud...."

"Lo gak maksud emang. Tapi dengan cara lo narik- ulur gue kaya gini itu jelas, Nat"

"Gue gak narik - ulur lo"

Matanya udah mulai ber-air. Oh, dia nahan tangisnya. Seketika mata yang nahan airmata itu natap gue lurus penuh makna.

"Kalau gak narik - ulur terus ini apa? Terus tiga minggu ini lo selalu nuntut ketemu tuh apa?"

"Jasmine..."

"Begonya gue adalah gue tetep dateng. Padahal gue tau alasan yang lo buat juga ngada-ngada"

"Jas..."

"Begonya gue adalah gue tetep balik ke luka yang sama untuk sekian kali"

"Begonya gue adalah gue gak pernah bisa ngelepas lo"

"Begonya gue adalah gue selalu balik ke lo walaupun gue udah tau jawabannya apa. Gue mendadak jadi bego kalau itu tentang lo, Nat"

Gue langsung ngeraih dia peluk dia hangat sebelum airmatanya kering. Mine yang selalu ceria dan gak pernah lemah, mendadak jadi cewek biasa yang nangis kejer dan itu gara - gara gue. Semuanya gara - gara gue.

Seorang NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang