Pergantian Tahun

179 40 4
                                    

Sejuk. Angin yang terus berhembus bersama aroma coklat panas yang saya baru saja seduh di tambah hamparan pemandangan senja dan kerlap - kerlip lampu dari bawah bukit menemani sore saya di hari terakhir di tahun ini.

Saya sengaja memisahkan diri sementara dari keramaian yang tercipta di halaman bawah dan menikmati udara pegunungan di villa yang kami sewa di dataran tinggi Bogor, Puncak. Kami adalah saya dan ke-14 teman saya juga termasuk 1 adik dan pacar saya,Nata.

Saya bukannya tidak menyukai keramaian yang tercipta di bawah akan tetapi saya butuh waktu untuk sekedar merenung dan menyendiri di detik senja terakhir pergantian tahun. Saya meletakkan coklat panas yang baru saja saya minum sedikit di pinggir balkon.

Saya tarik nafas saya perlahan. Ah sejuknya, tiba - tiba ada kedua pergelangan tangan yang menulusup melingkarkannya di antara tubuh saya.

 Ah sejuknya, tiba - tiba ada kedua pergelangan tangan yang menulusup melingkarkannya di antara tubuh saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heeeh. Ada anak - anak malu" Saya memekik pelan

"Biarin. Emang kenapa kalau ketauan anak  - anak?? Papanya kan mau di tinggal Mamanya ke Praha dua tahun jadi wajar dong melepas kangen dari sekarang"

"Dih apaandah eneg Papa-Mama segala,  lo aja sono jadi bapak sendiri"

"Lah lo kan Mamanya anak- anak"

"Gue mah gak mau punya anak kaya Bobby dan kawan - kawan. Lagian Jojo emang anak kita juga apa orang dia mantan gue"

"Gausah di ingetin mantannya dong" Nata dengan nada Bete.

"Eleuh eleuh bete nih ye. Bete - bete aja dong gausah pake peluk - peluk lagi"

Nata lucu sekali. Ia ngambek soal saya menyebut mantan, wajahnya ia jauhkan dari saya tapi ia tetap memeluk saya erat, masih di posisinya yang sama.

"Ah, La"

"Apa?" Saya menggoda

"Mau bete atau mau meluk jadinya? Pilih. Gue gak mau di peluk sambil bete"

"Iya mau meluk aja. Gak bete" Nata pendamkan wajahnya di bahu saya.

Saya tersenyum.

"La, dingin"

"Siapa suruh pake baju tanktop kaya gitu di Puncak. Mau kena hipotermia apa"

"Tapi karna peluk lo jadi gak dingin hehehe" Nata makin memendamkan wajahnya dalam diantara bahu saya.

Nata yang clingy adalah favorit saya. Saya suka ia bertingkah seperti anak kecil begini. Lucu dan pasti saya akan merindukan Nata yang seperti ini ketika di Praha.

"Kalau lo nanti kangen gue peluk kaya gini di Praha. Jangan coba cari cowok lain buat lakuin ini ke lo ya"

"Emang kenapa?"

"Pake nanya lagi lo"

"Iya iya. Paling lo yang peluk cewek lain kaya begini"

"Gak. Kalau backhug cuma buat lo doang"

"Alah... gak percaya"

"Beneran" suara Nata tidak terdengar jelas karena ia sekarang membenamkan dan mengubur kepalanya di bahu saya. Nata why you so cute? 

"Kalau masih ngantuk tidur lagi sana"
"Gue lahperh" Suaranya makin tidak jelas. Ya itu sudah bisa di pastikan karena di ngomongnya sambil tidur di bahu saya.

"Apaan nat??"

"Lahperh"

"Oh laper?"

Nata mengangguk tapi masih dengan posisi yang sama.

"Yaudah ayo makan"

"Ntar gue mau sama lo dulu" sekarang ia bangunkan kepalanya kemudian ia tenggelamkan lagi.

Senja, coklat panas, dengan udara sejuk bersama Nata adalah perpaduan sempurna. Saya berharap di tahun berikutnya masih tetap bisa begini bersamanya. Saya harap tahun berikutnya ia tetap menjadi favorit saya. Saya harap itu selamanya.

"Mba...Mas"

Seketika juga saya menoleh. Nata masih tertidur di bahu saya.

"Hehe... bukannya aku mau ganggu nih. Tapi, udah ditungguin sama mas -  mas dan mba - mba di bawah. Katanya kapan mau mulai acaranya?"
Saya lekas melepas pelukan Nata seketika. Ardan, adik saya datang tanpa jejak dan menyuruh kami bergabung ke acara. Nata sontak bangun karena saya tidak sengaja mendorongnya sangat keras sehingga ia terkaget dan bangun tanpa sengaja.
"Oh iya,Dan. Nanti mba ke bawah ya sama mas"

Nata memegangi kepalanya yang pusing.

"Iya mba hehe nanti aja di lanjutinnya"

"Hah??"

"Gak. Ardan duluan ya"

"HEH ANAK KECIL"

Sial, Ardan apa - apaan sih.

Saya pukul kepala Nata pelan, gak sampai gegar otak sih tapi mungkin ia hanya sedikit pusing lagi sebentar.

"Kok gue di jitak?! Kasar banget lo"

"Gue udah bilang banyak anak- anak"

"Yaelah pelukan doang, La"

"Bodoamat" Saya meraih gelas coklat panas yang tadi saya minum kemudian berjalan turun ke lantai bawah tempat di mana anak - anak berkumpul.

"La? Mau kemana?!!" Nata masih memegangi kepalanya. Maaf Nat kekencengan ya jitaknya.

"Mau kebawah. Udah di tungguin"

"Ih bareng"

"Jalan sendiri"

"Bareng laaaaa" Nata masih memegangi kepalanya sambil mengejar saya turun kebawah untuk bergabung bersama anak - anak lain.

Nat, i'll miss you so much.

Seorang NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang