dream in the midnoon

168 29 59
                                    

Sentuhan tangan yang dingin membangunkan saya tanpa waktu lama, cukup sepersekian detik dan saya benar-benar membuka mata lebar. Manik saya mendapati diri yang meringkuk di kasur sambil memeluk tangan dingin yang tangan satunya barusan tadi menyentuh pipi saya dingin, menyebabkan saya terbangun tanpa aba-aba.

"Aku mau ke kamar mandi. Maaf jadi bangunin" Ujar si pemilik sepasang tangan dingin itu.

Perlu beberapa menit hingga saya melepaskan tangan kirinya supaya ia bisa pergi ke kamar mandi sekarang. Tapi, sialnya ia malah melontarkan senyuman hangat sebelum pergi. Membuat saya terperangkap dalam mentari senyumnya.

Kedua tangan saya tidak hentinya mengusik mata yang sebenarnya sama sekali tidak gatal. Sebelum mata itu berubah menjadi merah, saya hentikan kegiatan tersebut dan beralih memberikan diri ini energi untuk duduk.

Tidak lama si pemilik tangan dingin tadi kembali, berjalan kearah dapur lalu melangkah kearah saya kembali setelah itu, dan berhenti di depan persis tubuh ringkih ini.

"Minum dulu nih" Katanya menyodorkan segelas air putih hangat. Buru-buru saya tenggak seluruh isi gelas tanpa sisa dan memberikan lagi kepadanya.

"Kamu mimpi apa sih?" Tanyanya sambil mengambil tempat disampingku.

"Hah? Emang aku mimpi?"

"Ya gak tau kan aku nanya. Kamu mimpi apa?"

"Gak...."

"Yakin?"

Saya mengangguk keras.

"Aku gak yakin."

"Kenapa sih, Nat"

"Kamu sampe megang tanganku keras banget loh. Aku sampe gak bisa lepasin"

"HAH SERIUS?!"

"Iya. Kamu mimpi buruk?"

"Enggak"

"Bohong. Kalau kamu mimpi buruk bilang. Aku bisa jadi dreamcatcher kamu kok"

"Alah......"

"Serius"

"Aku gak mimpi buruk serius"

"Terus?"

"Mimpi indah. Indaaaaaaaaaaah banget"

"Ya apa? Cerita"

"Gak ah"

"Eh kenapa gak. Aku patut tau. Gara-gara kamu aku nahan kencing lama banget"

"SERIUS NAT?"

"IYA" Kata Nata setengah berteriak.

"Aku mimpiin kita"

"Kita?"

"Aku, kamu dan Alfa"

"Who's Alfa??"

"Nanti kamu tau"

"Orang ketiga di antara kita bukan Jojo lagi namanya? Tapi Alfa?" Katanya sarkastik.

"Loh bukannya terbalik?"

"Apanya? Alfanya? Jojonya? Atau kamunya?"

"Bukannya kamu yang orang ketiga di antara aku dan Jojo"

"MASA?" Ujarnya berteriak, kemudian membuang pandangannya berlawanan dari arah saya.

"Ih jangan ngambek Nanas." Kata saya sambil menarik-narik kaos oblongnya.

"Siapa dulu itu Alfa"

"Kamu pasti tau. Nanti"

"Maunya sekarang!"

"Gak bisa."

"Kenapa?!"

"Kita belom nikah"

"Loh emang kenapa?"

"Ya kita harus nikah dulu kalau mau tau Alfa"

"Yaudah besok ayo nikah" jawabnya tanpa pikir panjang. Tipikal Nata.

"GAK BEGITU"

"Kamu rumit."

"Kamu lebih rumit"

Dan pertengkaran tidak bermakna itu terus bergulir hingga perut kami membunyikan suara yang sama, tanda lapar. Dengan sepiring nasi goreng dan segelas kopi susu panas, Nata berhenti merengek soal keingintahuannya tentang Alfa. Tapi, itu tidak membuat saya berhenti mencari cara bagaimana menceritakan soal Alfa karena Alfa memang belum ada.

***

Seorang Nata is back. Guess who's Alfa. Bonus: senyuman indah Nata tiadatara

 Bonus: senyuman indah Nata tiadatara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang