Ternyata perkulatan imaji dan pikiran, menghasilkan kenyataan yang menang. Bahwa ia benar masih hidup utuh dengan sehat dan persis seperti setiap inci memori yang berada jauh di dasar pikiran saya.
Bahwa buah pikiran tersebut membawa saya kembali lagi melangkah sangat jauh dari kehidupan saya yang sekarang. Tidak hanya mendorong imaji saya, ia juga membawa tubuh saya melangkah lebih jauh lagi. Membawanya terus jauh kebelakang disaat segalanya masih terasa mungkin, atau inilah awal dari kesalahan.
Mobilnya sudah berganti menjadi BMW 120i warna putih keluaran terbaru. Tidak ada lagi CR-V putih yang dulu mengantar kami kesana kemari. Ia sudah tergantikan dengan mobil gagah ini. Saya harap orang disamping saya ini tidak berubah, seperti mobilnya.
Jangan tanya saya kenapa berada satu mobil bersama dia. Kalau boleh jujur saya merasa terhipnotis tadi. Lagipula saya belum punya kendaraan di Jakarta, semuanya saya jual waktu itu demi pindah ke Singapur. Keluarga saya juga belum tahu soal saya kembali dari Singapur dan berada di Jakarta. Orang yang pertama tahu soal ini hanya Jojo dan Nata, serta orang-orang seisi ruangan pernikahan Jojo tadi tentunya. Jadi, saya anggap ini sebagai tumpangan gratis, dibanding harus naik taksi atau uber kan.
"Kabar baik, Ne?" Satu kalimat basa-basinya mampu membuka keheningan kami malam ini.
"Baik" Ujar saya singkat tidak berani menatap matanya, seakan jika saja berani mengintip sedikit akan menimbulkan sihir yang dahsyat. Seperti, bisa membuat orang jadi tikus contohnya. Meskipun secara teknis tidak sih.
"Kenapa pindah ke Singapur?"
Sebelum saya memutuskan untuk kemudian menaiki mobil ini saya sudah mengerti, dengan cepat atau lambat orang disamping saya ini akan menanyakan hal tersebut. Tapi, ekspektasi saya tidak secepat ini juga.
"Pengen coba suasana baru" Jawab saya asal.
"Biasanya lo gak betah sama suatu hal yang baru" Jawabnya.
Skak matt.
Saya terkena skak matt persis dihati. Menimbulkan sensasi perasaan bersalah karena sudah asal ceplos.
"Ya hidup orang gak akan selalunya statis kan, Nat"
"Setuju." Sautnya.
Saya yang kemudian hening kembali sambil menaruh atensi kepada jalanan, lewat jendela disamping.
"Seneng di Singapur??"
"Asik kok"
"Syukur kalau gitu" Katanya, dibarengi dengan anggukan pelan saya.
"Sori" Ujarnya dengan suara rendah.
"For?"
"Sori buat kegagalan pernikahan lo sama Jojo. Sori juga gue gak nolong apapun waktu itu"
"It's not even your fault"
"Sebagai temen. Gue cuma mau sampein perasaan sori gue aja, Ne"
"Itu udah berlalu" Saut saya. Serius itu memang sudah berlalu, saya saja sudah bisa menerimanya sekarang.
"And you now?" Tanyanya lagi.
"Now what?"
"Forget it" Katanya sambil menggelengkan kepala dan kembali menaruh atensinya penuh kearah jalan.
Bukannya saya bodoh, saya mengerti Nata menanyakan soal apa. Tapi dibanding kisah saya yang sekarang, saya lebih penasaran dengan kisahnya. Disamping itu saya belum menaruh atensi apapun kearahnya sejak tadi. Sepertinya satu pertanyaan balik cukup untuk membuatnya merasa tidak bersalah karena sudah memberi saya tumpangan dan membuat suasana kaku di antara kami.
"And how about you now?" Tanya saya yang kini memberanikan diri menatap kedua maniknya lurus. Tanpa takut nanti ikut tersihir. Dengan yakin sihir saya lebih kuat dibandingnya.
Tapi, saya salah.
Kemungkinan kami akan berhenti di lampu merah dan akhirnya dapat membuat Nata menatap saya balik lupa saya perhitungkan tadi. Sehingga saya terlebih dulu terlahap oleh tatapan kedua manik coklatnya sebelum ia mengeluarkan kalimat jawaban. Yang ketika diucapkan makin menyihir saya, membawa saya melangkah makin jauh lagi dan tidak hanya bersama pikiran serta imaji, namun ia juga mengajak kenangan. Kalimat yang dia ucap itu,
"I keep my gaze on you while other people move."
***
Hi! Sudah lama gue gak nulis si nata-nata ini. And thanks to Bebe Rexha yang sudah menyanyikan lagunya dan membuat gue terinspirasi untuk menulis judul persis seperti judul lagunya. Dan! Thanks to update-an Instagramnya Jevin karena sudah menginspirasi gue buat mengembangkan salah satu captionnya jadi sebuah cerita receh ini deh. And big thanks to every readers that always keep read my stories. Makasih juga feedback kalian eventhough itu cuma ceplosan atau bentuk iri atau hinaan terhadap si nata (wkwkwk) itu sangat berarti buat gue dan semangat menulis gue. Sorry jika masih banyak kekurangan disini.Sekali lagi. Thankyou!💛
Love, Tari.