Saya tidak pernah menyangka bisa baik-baik saja ketika melihat mantan tunangan berdiri dibelakang altar dan menyunggingkan senyumnya dengan sangat tulus kepada wanita lain. Saya tidak pernah menyangka bisa berdiri tegar ketika seseorang yang pernah menopang saya sebegitu kuatnya, tengah menyematkan cincin berlian di jari manis wanita lain. And he's smilling to her. Dan saya tidak pernah menyangka saya akan kembali ke kehidupan saya yang lama setelah tertatih menghindarinya selama tiga tahun ini. Ketika ada orang yang bilang you have to go home when you feel something lost in yourself, percayalah saya sedang berada diposisi itu, meskipun tidak secara teknis.
Selain Jojo memohon dengan teramat sangat untuk saya datang ke pernikahannya. Saya memang berniat untuk pulang, mungkin saja bisa mencari sesuatu yang hilang itu. Meskipun saya tahu persis apa yang hilang. But i try to admit that Jojo will happy with his bride. Lagipula Singapur-Jakarta tidak jauh, bisa ditempuh dalam hitungan jam. Anggap saja ini adalah hadiah pernikahan untuk mantan terindah?
Pesta mulai riuh, keramaian mulai terpadu menyatu bersama alunan musik romantis yang dinyanyikan oleh band yang saya tahu bukan band murahan, saya sibuk menjaga diri sendiri dari riuhnya suasana pesta. Menutup hati ini yang sedikit- banyaknya masih belum rela pangeran impian menjauh lebih dari senoktah. Pikiran ini terus mengagitase diri untuk tetap pada prinsip awalnya. At least, saya dan Jojo pernah mencoba, jika itu gagal mungkin memang bukan jalannya. Jika itu tidak terwujud mungkin ada kebahagian lain yang Tuhan berikan untuk saya dan Jojo. Bukannya dua tahun kemarin bersamanya adalah hal yang sia-sia. Toh, kenangan yang kami ciptakan tidaklah sedikit, yang kami usahakan juga bukannya tidak ada. Anggap saja jalan Tuhan lebih indah. Mungkin di kisah ini Jojo yang mendapatkannya terlebih dulu. Dan saat itu juga saya berjanji kalau hati akan lebih berlapang-dada melepas segalanya setelah ini.
Empat setengah tahun yang lalu segalanya sudah terinci dan kami bukannya tidak berkerja keras. Tapi apa mau dikata? Jika memang bukan tujuannya, tidak akan ada jalan pintas kesana. Tiga tahun kabur dari kenyataannya bukannya mudah, namun ternyata kabur bukanlah hal yang tepat juga. Tapi, jika saya tidak kabur dari segala kerumitan antara saya, Jojo dan dia mungkin saya bisa gila.
Dan benar saja, baru saja hitungan jam sejak saya kembali ke kehidupan lama. Dia, mulai merangkak naik kepikiran saya yang kemudian menyentuh imajinasi paling dalam serta meluluhkan hati yang belum juga sembuh dari lukanya. Menciptakan khayalan tinggi yang divisualisasikan lewat mata dan terwujud jelas dihadapan saya. Belum juga lewat sepersekian jam saya kembali ke kehidupan lama, pikiran saya sudah menciptakan hal fana tentang wujudnya. Sekarang, khayalan itu makin mendekat. Dengan sigap saya menggeleng-gelengkan kepala berharap khayalan itu akan hilang seperti biasa. Namun itu malah makin nyata dan sekarang mengeluarkan suara jelas, sejelas suara nyatanya.
"Jasmine, it's been a while?"
And since that, i knew he's not even my imaginary. He's real.