2

21.5K 805 3
                                    

Kadang, aku merasa jatuh cinta kepadanya seperti bernapas. Terlalu mudah. Sangat mudah, sampai-sampai aku tidak menyadarinya.

"Kilaaa!", aku memanggilnya untuk duduk bersamaku di ujung kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kilaaa!", aku memanggilnya untuk duduk bersamaku di ujung kantin. Suasana kantin sangat ramai. Mencari tempat duduk untuk makan dikantin saja, sudah seperti sebuah tantangan yang harus dilewati.

Kila berjalan menujuku dengan sebuah nampan berisi satu piring siomay dan jus alpukat.

"Gila ih, kantinnya ramai banget. Udah kayak pasar aja.", kata Kila sambil menyuapkan dirinya satu sendok siomay yang besar.

Aku tidak terlalu memperhatikan dan mendengarkan Kila. Mata ku terlalu fokus kearah seorang lelaki. Erik. Dia sedang fokus membaca komik. Sedangkan teman-temannya begitu heboh. Penampilan Erik kini berbeda sekali. Yang tadinya, seperti yang aku bilang, seperti 'anak nakal', kini penampilannya lebih 'alim'. Seragamnya sudah terkancing rapi, tapi tetap saja bajunya sedikit kusut seperti belum di setrika. Dan sekarang, dia sudah memakai ban pinggang. Rambutnya yang tadi berantakan, jadi terlihat rapi. Aneh. Penampilannya bisa langsung berubah drastis begitu.

Kini dia tidak terlihat seperti 'anak nakal', sekarang dia terlihat seperti lelaki biasa.

"Eh! Lo dengerin gue, gak?", tanya Kila lalu menoyor kepalaku.

"Aduh... Sakit.", aku meringis kesakitan.

"Bengongin siapa sih, Nam?", tanyanya.

"Gak bengongin siapa-siapa.", jawabku sambil melanjutkan minuman teh botolku.

"Kalo suka sama seseorang. Kasih tahu aja. Kayak gua nih. Gue suka kak Roy. Hehehe.", kata Kila sambil tertawa geli sendiri. Aku sedikit terkejut. Dengan cepat, Kila memberi tahu siapa yang disukainya kepadaku, padahal aku adalah seseorang yang bisa dibilang baru dikenalnya. Meskipun kami sudah mulai akrab.

"Cieee..", ledekku.

"Jih. Biasa aja kali, mbak. Suka mah suka aja. Tapi gue gak tergila-gila banget kok sama dia.", katanya.

"Ya udah. Nih gue kasih tahu, gue bengongin kak Erik.".

"Erik? Lo suka dia?", tanya Kila dengan mata membulat.

Ada salahnya kah jika aku menyukainya?

"Eh! Jawab pertanyaan gue. Lo beneran suka dia?", tanyanya sekali lagi.

Aku mengedikkan bahuku. Tidak tahu harus menjawab apa dengan pertanyaan yang aneh itu.

"Nam! Dia tuh dingin banget!", kata Kila.

"Dingin? Memangnya dia es? Memangnya dia AC?", tanyaku dengan sedikit tertawa.

"Iiih.. Maksud gue. Jadi gini, pas MOS, gue tuh duduk sama Reva, Reva itu kakak kelas yang gak naik kelas! Dia bilang, dia tuh dulu sekelas sama Erik. Katanya tuh, Erik is the coldest guy that you will ever met!".

Cold As IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang