20

10.6K 423 13
                                    

Pelajaran pertama adalah Matematika, berhubung Pak Agung tidak hadir, maka digantikan dengan guru piket, Bu Tadia. Bu Tadia memberi pilihan kepada murid X-3 IPA, mengerjakan tigapuluh soal dan harus diselesaikan sekarang, atau dua jam bebas selama pelajaran matematika, tapi diberikan PR mengerjakan limapuluh soal. Tentu saja, anak yang 'rajin' lebih memilih opsi pertama, sedangkan anak yang 'malas' pasti memilih opsi kedua. Karena di opsi kedua, para pemalas bisa menyontek PR temannya seenak jidat. Sepuluh menit dipakai untuk berdebat, Bu Tadia akhirnya yang memilih keputusan. Yaitu, dua jam bebas, tapi ada PR limapuluh soal. Para murid yang memilih opsi kedua langsung bersorak ramai bak penonton bola melihat tim jagoannya mencetak gol. Kor membahana memenuhi kelas. Bu Tadia langsung bergerak cepat menuju keluar kelas sambil menutupi kedua telinganya.

"Yaaah... Mending kerjain soal!", kataku dengan ketus.

"Dih! Mending bebas dong daripada kerjain soal gak jelas.", cibir Kila.

"Tapi kita ujung-ujungnya dikasih PR kan limapuluh soal!", balasku.

"Bodo. Kan gue punya Nam, gue tinggal nyontek lu aja.", katanya lalu menjulurkan lidahnya.

"Lama-lama gue potong juga itu lidah.", ketusku. Kila hanya tertawa geli

Sudah satu jam sejak Bu Tadia meninggalkan kelas. Yang berarti, sejam lagi untuk istirahat. Tiba-tiba, William datang kearahku yang membuatku keheranan. Kila yang tadi sedang berbicara denganku, langsung berpindah tempat kebelakang menuju teman perempuan lainnya. William duduk ditempat Kila, yaitu disampingku.

"Mau apa lo.", tanyaku.

"Galak amat.", katanya.

"Bodo.", jawabku asal.

"Nam."

"Apa?!?", tanyaku kesal.

Ngomong aja langsung ke intinya!

"Lu suka Erik?", William menembak langsung dan tepat di sasaran.

Aku meneguk ludahku. Aku merasakan suasana kian memanas. Aku berkeringatan. Bagaimana jika William tahu kalau aku suka dengan sepupunya, Erik? Mungkin bagi kalian biasa saja, tapi kan... Malu dooong...

Kok... Ah... Kok suasana jadi begini ya?!?

"Nam, jawab aja.", nada bicara William lembut, tapi terdengar begitu menegangkan ditelingaku.

"Emangnya kenapa?", aku malah tanya balik.

"Berarti benar. Lo suka dia.", kata William dengan seringai dibibirnya.

"Apaan sih lo! Tiba-tiba nanya kayak begituan. Gak jelas banget deh.", cibirku.

"Dia susah didekatin loh.", kata William lalu dia pergi dan balik bermain dengan teman-temannya dibelakang kelas. Dan Kila dengan cepat datang kemari dan balik duduk ke bangkunya.

"William ngomong apa aja?", tanya Kila langsung to the point.

"Kepo amat sih.".

"Yaaah. Kok kamu begitu sih sama aku!".

"Lebay ah!".

"Makanya kasih tahu!".

"Tadi William cuman nanya kalau gue suka sama Erik atau enggak.".

Cold As IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang