Nam : pulang sekolah jam berapa?
Aku mengirim pesan itu kepada Erik. Hari ketiga ku di Indonesia, harus aku pergunakan waktu ini dengan baik.
Sejurus kemudian, HP ku berdering, bertanda ada pesan masuk.
Erik : Jam 4. Kenapa?
Membalas balasan dari Erik, membuat senyum terbit dibibirku.
Nam : gue tunggu di Dahlia Café. Ok? Ntar lu kesini.
Tak berapa lama, balasan dari Erik muncul di HP-ku.
Erik : Ya.
Alisku bertaut.
Dingin. Lagi. Kesel.
***
Sudah dua kali berturut-turut aku berada di kafe ini. Dahlia Café. Pasti pelayan yang ada disana juga bosan melihatku disini.
Sosok lelaki datang ke kafe. Erik.
Erik yang menyadari keberadaanku, langsung melambaikan tangannya singkat dan menyuruhku untuk keluar.
Aku pun keluar. Erik sudah memasang helm nya dan sudah menyalakan mesin motornya.
"Lah? Mau ngapain?", tanyaku.
Erik membuka kaca helm nya. "Kata nya mau ke rumah gue?".
"Masa langsung? Gak mau masuk ke dalam dulu? Mesen kopi kek.", kataku.
"Gak. Besok gue Try Out.".
Aku menghela napas. "Maap.".
Aku naik keatas motornya. Motornya melaju cepat kerumahnya.
Tapi, aku masih mengingat jalan ini. Ini bukan jalan kerumah Erik, ini jalan kearah sebuah taman besar yang pernah aku datangi bersama Erik.
Motor Erik terparkir asal didekat pintu masuk taman itu. Erik menggandeng tanganku erat menuju sebuah pohon. Pohon itu. Pohon yang terdapat bekas ukiran Erik waktu itu.
Erik
♥
NamUkiran itu masih bisa terbaca jelas dibatang kayu pohon itu. Senyuman merekah dibibirku. Aku menoleh Erik, tapi tatapannya tidak sama dengan tatapanku. Tatapannya lebih terlihat, sedih.
"Rik.".
Erik menoleh.
"Kenapa? Kok sedih?", tanyaku.
"Gak kok. Gak apa-apa.".
Aku memberikannya senyuman lebar, menunjukkan deretan gigiku yang rapi. Tapi Erik hanya tersenyum tipis.
Ada apa denganmu, Rik?
***
Nam : gue ke rumah lu, ya!
Hari keempat. Datang ke Indonesia, melihat ekspresi yang tidak aku sangka diwajah Erik, bukan yang aku mau. Aku datang kesini untuk mengulang kenangan manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold As Ice
Teen FictionSeorang gadis yang menaruh perasaan kepada seorang lelaki dingin di sekolahnya secara diam-diam. Seperti labirin, membuat gadis itu terus mencari cara untuk menuju hati seorang lelaki itu. Disaat ia kira perjuangannya itu sia-sia, ia mendapatkan seb...