18

10K 428 5
                                    

Acara camping sekolah akhirnya selesai. Para murid sedang memberes-bereskan benda-benda nya kembali ke tasnya. Dan siap untuk balik ke sekolah! Sungguh, hari yang telah aku tunggu-tunggukan. Pengalamanku semalam, saat tidur di tenda. Hmmm... Tidur di tenda? Tidak nyaman. Punggungku sakit sekali, dan juga, semalaman, banyak sekali semut yang membuatku memberikan alasan lain untuk membenci camping.

Sementara orang-orang pada sibuk membereskan barangnya, aku melihat, Erik sedang duduk di bawah pohon besar berimbun, tempat semalam aku menangis dan pertama kali dipegang oleh Erik. Dia sedang tidak merokok, tapi, wajahnya seperti melamun. Melamunkan akan sesuatu. Aku ingin menghampirinya, tapi, tanganku ditahan seseorang.

"Ke bis, Nam.".

"Oh, iya. Bentar ya, Will.".

"Mau ngapain elah?", cibirnya.

"Lah? Lo kan beda bis sama gua. Lo di bis mana?", tanyaku heran.

"Bis 1.".

"Yah gue bis 3. Beda bis kita, Will.".

"Masalahnya, bis lu udah mau jalan. Dan lo masih disini bengong. Bisa gak sih lu buang jauh-jauh kebiasaan buruk lo itu, yaitu bengong.", protesnya.

"Astaga, William. Bawel amat dah. Ya udah maaf.", kataku lalu aku menyeret ranselku yang berat itu dan menuju bisku. Dari jendela bis, aku masih melihat Erik yang masih juga duduk dibawah pohon itu.

Lo kenapa, Rik?

***

Selama di bis. Aku duduk dengan Ariana lagi. Aku ingin sekali menanyakan Ariana sesuatu. Tapi entah apa yang membuatku terus mengurungkan niatku itu.

"Kamu kenal William?", tanya Ariana dengan tiba-tiba.

Akhirnyaaa... Gue gak usah tanya ke dia duluan.

"Iya. Emang kenapa?", aku tanya balik.

"Kalau... Erik? Kenal?", tanyanya lagi.

"Iya. Kenal juga. Kenapa, kak?".

"Habisnya, semalam, aku lihat, kamu dengan William ada di dekat rumah kayu. Terus, ada Erik datang deh.".

"Oh. Emangnya kenapa kakak nanya begitu ke aku?".

"Mau tahu?", tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Yah, kalau kakak gak mau cerita sih, gak apa-apa.", jawabku.

Nam! Jangan ngomong gitu! Yah jelas gue mau tahu!

"Ya udah. Aku curhat ya.", katanya.

"Sip. Aku dengerin.", jawabku.

"Gue adiknya Erik.", perkataan Ariana berhasil membuatku nyaris membulatkan mataku besar-besar sehingga bola mataku serasa ingin keluar dari mataku.

"Kok bisa?!?", tanyaku dengan nada dipelankan.

"Iya, aku anak angkat. Aku adik angkat nya Erik.".

"Kapan? Pas bayi? Atau giman....".

"Pas mau masuk SD.".

Aku menjawabnya dengan memanggut-manggut.

"Dan William. Dia sepupu Erik, otomatis, William juga sepupuku. Tapi, bukannya perlakukan aku seperti sepupu, William ada perasaan denganku, dia suka denganku, dan...".

Cold As IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang