Kau yang mengambil paru-paruku. Kau juga yang bertanya kenapa aku tercekik kehabisan udara.
Hari ini aku bersiap-siap ke sekolah dengan semangat! Hari ini memang hari terakhir untuk pertukaran pelajar, yang berarti Erik akan pulang balik ke Indonesia pada hari ini. Namun, Erik yakin ini hanya sementara dan berkata kepadaku bahwa takdir akan menyatukan kami bersama, eaaa... Aku juga baper kok pas Erik bicara seperti itu.
Pertama, aku ke dapur saat mama dan papa masih tertidur. Kenapa mereka masih tertidur? Biasanya juga aku yang paling lama kalau bangun. Dan aku melihat jam, oh. Ternyata masih pukul setengah enam pagi.
Entah apa yang membuatku semangat untuk sekolah hari ini.
Didapur, aku ingin masak untuk sarapan pagi ini. Untuk mama dan papa. Sebagai hadiah karena putri semata wayangnya ini sudah tidak jomblo. Sesudah aku masak omelette, aku menunggu limabelas menit, menunggu mama dan papa untuk bangun. Namun, tidak bangun-bangun. Karena sudah lapar, aku pun makan sendiri. Yah, karena orang tua masih tertidur pulas, aku harus makan sama siapa lagi? Pacar? Emang aku punya? Oh iya, sudah punya.
Sesudah makan, aku menaruh piring bekas ku ke wastafel. Bunyi bel membuat aku berhenti beraktivitas. Siapa yang datang pagi-pagi?
Aku membuka pintu dan terlihatlah seorang Trederick Wienz. Awalnya, aku ingin marah karena takut mengganggu orang tuaku yang masih tertidur, karena Erik tadi menekan bel berkali-kali. Namun semua perasaan dan niat untuk memarahi Erik hilang saat Erik menyodorkan satu buket bunga Lily.
"Morning, Nam.", ucap Erik dengan senyum manisnya.
"Morning to you too, Erik.", ucapku balik.
Erik pun masuk kedalam rumah dan langsung mengenyakkan dirinya di sofa ruang tamu.
"Kok sepi? Mana orang tua lu?", tanya Erik.
"Masih pada tidur.", jawabku.
"Hmmm... Kalau begitu, kita ke sekolah langsung, yok.", ajak Erik.
"Oke.", lalu aku meletakkan bunganya di atas meja makan dan pergi, mengunci rumah, lalu menunggu bis.
***
Di taman Green Whale Reich Senior High School, aku dan Erik seperti biasa duduk di taman tempat kami selalu duduk.
Aku menghirup udara pagi yang sangat menyejukkan. Hari ini aku sangat menikmati waktu yang ada.
"Lagi apa? Bengong?", tanya Erik.
Aku melihat Erik. "Iya.".
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold As Ice
Подростковая литератураSeorang gadis yang menaruh perasaan kepada seorang lelaki dingin di sekolahnya secara diam-diam. Seperti labirin, membuat gadis itu terus mencari cara untuk menuju hati seorang lelaki itu. Disaat ia kira perjuangannya itu sia-sia, ia mendapatkan seb...