19

10.2K 444 48
                                    

14 Februari. Tanggal yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang mempunyai pasangan. Sedangkan, aku? Aku hanya bisa berharap agar 14 Februari dapat berakhir dengan cepat. Jika aku mempunyai pasangan, mungkin pemikiran ku mengenai tanggal itu tidak akan seperti ini.

"Happy Valentines Day!", beberapa kali kudengar ucapan itu dari orang ke pasangannya. Oke, sangat menjijikkan sekali didengar ditelinga ku. Aku berkata seperti itu karena nasib ku, jomblo... Krik krik krik... Tapi benar, jika aku punya pacar, mungkin Valentines Day adalah hari yang paling menyenangkan bagiku, tapi, bagaimana nasib para jomblo yang ada diluar sana?!?

"Gue dapet satu buket bunga mawar pink dan satu kotak cokelat dari Roy looooh.", kata Kila sambil menunjukkan sebuket bunga mawar dan satu kotak cokelat itu dihadapanku dengan berlebihan.

"Aww.. Romantis sekali, kak Roy.", tentu saja aku tidak bermaksud untuk mengatakan hal itu. Akan lebih romantis jika pasanganmu membawa tiket konser 5SOS dan One Direction, satu kotak Pizza, kentang goreng, burger, aaaah... Setuju?

"Makanya... Buruan dapat jodoh.", kata Kila.

"Jodoh gue lagi otewe. Sabar aja deh.", jawabku.

"Kalo jomblo kelamaan, hati lu jadi bersarang, Nam.", katanya lagi.

"Biarkanlah. Dari pada dapet jodoh tapi ternyata jodoh nya... Ah! Tau ah! Pokoknya, gue mau dapet pacar yang gak bakalan jadi mantan.", ucapku lalu mengerucutkan bibirku.

Kila tertawa pelan. "Iyaaa... Aku sebagai sahabat mu, aku dukung kemauan mu kok.", kata Kila lalu menyenderkan kepalanya dibahu kananku.

"Siapa bilang lo sahabat gue?", candaku.

Kila langsung mengangkat kepalanya, memutarkan badannya agar menghadap kearahku, lalu berakting marah dan pura-pura menamparku. Aku mengikuti permainanya, dan aku pura-pura sedih. Oke. Kita lupakan kejadian itu.

"Nam.", panggil seseorang.

Eriiiik...

Kila berdiri dan mengangkatku yang masih terduduk agar berdiri, karena aku masih melamun, lalu Kila mendorongku kearah Erik dengan kencang.

Erik spontan menahan tubuhku yang terlihat sangat mungil setiap berada didekatnya. Lalu Erik melepaskan genggamannya.

Kok dilepasin?!? PEGANG LAGI!!! PELUK GUE SEKALIAAAN!

Erik memperlihatkan tangan kirinya yang sedari tadi dia sembunyikan dibalik tubuhnya yang bidang. Setangkai bunga mawar putih, lalu Erik memberikannya kepadaku.

Aku merasakan detak jantungku yang berdegup tak karuan. Jantungku terasa ingin melompat dari tubuhku. Aku langsung mengambil setangkai bunga mawar putih itu karena kasihan tangan Erik yang sudah pegal kelamaan menggantung diudara sambil memegang bunga itu.

Erik tersenyum tipis.

AAAAAH! JANGAN TERSENYUM! AKU TAK KUASA MELIHAT SENYUMANMU ITU... OKE GUE LEBAY ALAY, aku membatin dalam hati dengan histeris.

Erik berdeham. Dan, "Itu, ng.. Uh.. Bu-bunga nya. Dari, itu. Dari temen gue.", katanya gelagapan.

WHAT?!?

Aku memandangnya dengan tatapan kecewa. Rasanya seperti, dilemparkan ke angkasa, lalu dijatuhkan kembali ke tanah. Seperti, melihat ada diskon besar-besaran di mall, lalu barang diskonnya sudah tiada, habis diambil para pelanggan. Seperti, laper ingin makan baso, lalu warung baso nya tutup. Seperti, jantung berdegup kencang merasakan cinta, lalu jantung berhenti berdetak mati rasa.

"Oh. Iya. Bilangin ke temen kakak, gue bilang 'makasih bunganya', ya.", ucapku sembari menjaga getar suara ku agar tidak terdengar lirihan. Sedih. Sedih sekali rasanya.

Cold As IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang