12

12.1K 486 13
                                    

"Eh eh. Kila. Mau ngomong nih.".

"Ngomonglah.".

"Kenapa, harus cowok yang nembak cewek?".

"Dih. Pertanyaan macam apa lah itu, Nam? Kok nanya kayak begituan.".

"Ck. Jawab lah, Kil.".

"Hmmm...".

Aku dan Kila sedang sibuk mengerjakan tugas Biologi yang sampai sekarang belum kelar-kelar. Tersisa aku dan Kila di kelas yang sepi ini tanpa penghuni kecuali kami. Sudah kosong. Walau, masih terdengar keributan di luar, yah karena itu para murid lelaki yang sedang bermain dilapangan.

"Eh. Kok gak di jawab-jawab sih?", komplenku kepada Kila.

"Aduh, Nam. Gue kerjain soal yang ini dulu.".

Aku berdecak kesal.

"Hahaha.. Oke oke.", lalu Kila memberikan buku latihannya ke aku agar aku dapat menyalinnya dengan gampang karena mata ku sudah pusing membaca tulisan Kila dengan terbalik, ditambah, tulisan Kila yang jelek nya minta ampun.

"Sebenarnya, cewek boleh aja nembak cowok. Tapi kalo ditolak, cewek pasti lebih sakit hati. Ya gak?", jelas Kila.

Aku mengangguk.

"Nah, gini yah. Mengapa harus cowok yang nembak cewek? Atau, mengapa harus cowok yang ngejar-ngejar cewek? Dan mengapa harus cowok yang nyamperin cewek?", tanya Kila.

Aku mengedikkan bahuku yang berarti aku tidak tahu. Dan juga, aku terlalu fokus menyalin tugas.

"Diantara semua pertanyaan tadi, jawabannya simple. Yah, DIMANA-MANA TUH COWOK MEMANG DASARNYA YANG HARUS DATENGIN CEWEK DULUAN! LO PERNAH DENGAR SEJARAH KALAU SEL TELUR NGEJAR-NGEJAR SPERMA?!? ENGGAK KAN? YAH SAMA! DARI DULU TUH SPERMA YANG NGEJAR SEL TELUR! OKE? OKE.", penjelasan Kila membuatku tertawa dengan sangat terbahak-bahak.

"HAHAHAHA!!! GILA LO, KIL! GUE NGAKAK!!!", aku tertawa sampai memukul-mukul meja.

"Jago kan gue? Oh iya dong. Gue gitu loh.", kata Kila dengan cengiran khasnya ketika dia merasa bangga dengan dirinya sendiri.

"Kalian belum pulang?", tanya seseorang.

"AAAAAAAAAAHHH!!!", aku dan Kila berteriak dengan sangat kencang. Kami terkejut setengah mati. Bayangkan saja, sedang dikelas yang kosong berdua dan tiba-tiba ada suara orang lain.

"Ish! Dasar! Pergi lo, Will.", aku ingin mengusirnya, aku tidak mau menemuinya.

"Weeeh.. Kenapa lo, Nam? Sensi amat?", tanya William sembari berjalan kemari.

"Iya, Nam. Sensi amat.", kata Kila mengikuti perkataan William tadi sambil menyengir.

Wah, Kila. Lo mau dijambak lagi nih?

"Gak kok. Gak ada apa-apa. Kesel aja sama si guru biologi yang gue lupa namanya. Kasih tugas gak ngira-ngira. Banyak amat soalnya. Bikin murid pusing. Bukan pusing, malah bikin murid mau di bius aja. Eh, kok gak nyambung? Pokoknya gitu deh. Bikin murid kesel, termasuk gue.", katakku dengan panjang lebar dan juga omongan yang tak masuk akal.

Kila dan William hanya menatapku dengan tatapan melongo.

"Ngomong apaan dah, Nam. Ngomong gak jelas.", cibir Kila.

"Hahaha... Gak jelas, tapi lucu.", kekeh William.

Mpusss.. Gue baper.

Cold As IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang