8

12.5K 549 2
                                    

Pelajaran Pak Frenz, sangat membosankan. Setiap pelajarannya, serasa seperti di bius. Rasanya ngantuk, bosan, dan percayalah, setiap pelajarannya, kami merasa seperti tidak ada hasrat untuk hidup lagi, saking membosankannya. Intinya, pelajarannya MEMBOSANKAN!

Akhirnya aku izin ke toilet untuk mencuci muka. Begitu aku sampai di toilet, ada kakak kelas, namanya April, aku kenal dia, dia adalah OSIS Modern Dance.

"Toiletnya rusak, ke toilet guru aja.", kata April.

"Memangnya boleh?", tanyaku ragu.

"Ya boleh kok. Udah diizinkan sama pihak sekolah.", jawab April, lalu dia pergi menuju toilet guru.

Aku melirik kearah toiletnya, dan ada kertas berisi tulisan "Toilet rusak. Siswi dipersilahkan untuk menggunakan toilet guru wanita.".

Aku pun menuju toilet guru yang terletak lumayan jauh dari kelasku. Begitu aku melewati kelas sebelas. Aku melihat satu kelas yang suasananya sangat ramai. Mungkin karena tidak ada guru. Aku melihat terus kelas tersebut lewat jendela yang ada. Dan, aku melihat Erik. Dia duduk dipaling belakang yang dekat dengan jendela sehingga aku dapat melihatnya lumayan dekat. Aku melihat, dia sedang meletakkan wajahnya diatas meja, dan memutar-mutarkan pensilnya. Dia terlihatnya sangat bosan, padahal, suasana kelasnya sangat ramai.

Aku menatap Erik terus. Aku bahkan sampai lupa tujuan ku melewati sini untuk apa. Oh ya, ke toilet.

Selesai dari toilet, aku melewati kelas Erik lagi. Aku melirik kearah Erik lagi. Kali ini, dia sedang tertidur. Melihatnya, mengukir sedikit senyuman di wajahku.

Gemesin banget sih.

Aku balik lagi kekelas. Dan aku tidak sadar jika aku masih tersenyum.

"Wiiih. Habis ngapain? Kok senyum-senyum? Pasti ada sesuatu.", tanya Kila sambil mengedikkan bahu kiri nya untuk menggodaku.

"Gak kok. Gak ada apa-apa. Lagian kalo ada, gak bakalan penting untuk dibicarakan.", jawabku.

"Alaaah.. Gak usah bohong. Ada apa? Cerita buru!", paksa Kila.

"Tadi lewat kelas kak Erik. Lalu, yah.. Gitu aja sih. Lucu aja ngelihat dia.", kataku.

"Cieee... Gue dukung lo deh.".

"Eh? Dukung apaan?".

"Gue dukung kok kalo lu suka kak Erik. Lumayan lah. Selera cowok lu bagus, karena kak Erik memang ganteng.".

"Hahaha... Iya. Sudahlah. Kayaknya, sampai gajah bertelur pun, si kak Erik gak bakal suka sama gue.", ucapku dengan nada lesu.

Kila melototkan matanya. "Eh? Kok gitu sih ngomongnya. Gak boleh pesimis gitu, dong. Jadi orang tuh harus bisa memikirkan hal-hal positif.".

"Gelo.. Kata-katanya. Gakuku, mbak.", candaku.

Lalu kami bercekikikan.

Hmmm... Jadi, gue harus bagaimana agar Erik bisa suka sama gue?

Cold As IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang