Aku berlari menuju kelas bersama Kila. Karena saat bel berbunyi, kami malah sibuk mencari bahan-bahan untuk tugas proyek PKN di perpustakaan.
Aku dan Kila pun sampai dikelas. Kami sangat lelah. Karena jarak perpustakaan dengan kelasku sangat jauh. Begitu kami duduk dibangku kami, wali kelasku, Pak Eri, datang kekelas, dengan seorang lelaki dibelakang mengikutinya. Lelaki itu, entah mengapa, aku seperti mengenalnya.
"Anak-anak. Kita kedatangan murid baru.", kata Pak Eri.
Dengan cepat, telingaku dipenuhi bisik-bisikkan dari siswi dikelasku.
"Ganteng banget deh.".
"Gila. Kembarannya Cameron Dallas.".
"Akhirnya, ada cogan dikelas.".
"Gue bisa meleleh kalo ngelihatin dia terus.".
"Yahh.. Kalo begini, gue gak bisa fokus belajar dah.".
Itu yang aku dengar dari perempuan-perempuan dikelasku. Ya, aku akui. Memang cakep.
"Cakepan gua. Ya, gak?", tanya Adam yang duduk dibelakangku sambil menaik-naikkan alisnya dengan genit.
"Idih. Lu kalau dibandingkan sama kambing, kayaknya mendingan kambing dah.", jawab Kila dengan geram. Aku tertawa ngakak mendengarnya.
"Hey! Berisik banget dah kelas bapak, nih.", Pak Eri mengheningkan kelas.
"Oke. Sekarang, kamu perkenalkan diri.", kata Pak Eri kepada lelaki itu yang masih berdiri disamping Pak Eri.
"Halo. Nama saya William Dean. Saya pindahan dari Malang.", jelas lelaki itu.
William?
Tidak mungkin. William? William Dean? Dari Malang?
Sudah kuduga. Pantas saja, aku merasa seperti mengenal lelaki itu begitu dia menginjak lantai kelasku.
William. William yang sudah pernah aku ceritakan. William yang ituuu... Ugh...
Aku melihat, William melirikku. Lalu senyuman manis terpampang diwajahnya. Jujur saja, sudah lama aku tak melihat senyumannya.
Tapi,
Kenapa dia disini? Kenapa harus pindah kesini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold As Ice
Novela JuvenilSeorang gadis yang menaruh perasaan kepada seorang lelaki dingin di sekolahnya secara diam-diam. Seperti labirin, membuat gadis itu terus mencari cara untuk menuju hati seorang lelaki itu. Disaat ia kira perjuangannya itu sia-sia, ia mendapatkan seb...