5

14.7K 642 2
                                    

"Nam!", sapa Kila begitu dia melihatku sudah menginjak lantai lobi sekolah.

"Kenapa?", tanyaku.

"Gue mau kasih tahu lu sesuatu.", kata Kila yang sedari tadi aku melihat dia tidak berhenti tersenyum.

Aku menaikkan sebelah alisku. Ada berita apa, nih?

Kila menarik tanganku, dan membawaku ke lapangan futsal.

Ada Roy.

"Kila! Beliin gue air! Haus!", teriak Roy, dia sedang berada ditengah lapangan, bermain futsal bersama teman-temannya, seragamnya basah terkena keringat. Padahal, ini masih pagi. Mulai pelajaran saja belum. Masa sudah keringat-keringatan? Ah. Masa bodo. Biasa lah, namanya juga laki-laki.

"Temenin gue beli air untuk Roy.", kata Kila lalu dia menarik tanganku lagi dan menuju kantin.

Aku bingung sekali, kami biasanya memanggil kakak kelas dengan sebutan "kak" didepan namanya. Tapi, barusan, Kila menyebut nama "Roy", tanpa ada "kak"-nya didepan.

"Lu mau aja disuruh-suruh sama kakak kelas.", cibirku kepada Kila.

"Shhh... Kasihan dia. Dia kehausan.", katanya.

Sesudah membeli air mineral, kami menuju lapangan lagi. Kila menyerahkan air mineral yang tadi dia beli kepada Roy.

"Nih.", kata Kila.

"Makasih, beb.", jawab Roy. Lalu Roy merangkulnya.

"Beb"? Dirangkul?

Roy melepaskan rangkulannya dan balik bermain futsal. Lalu Kila tersenyum manis kearahku.

"Lo pacaran sama kak Roy?!?", tanyaku kepada Kila, aku bahkan tak sadar jika aku berteriak.

"Gak usah teriak!", cibir Kila.

"Eh! Lo pacaran? Sama Roy?", tanyaku sekali lagi.

"Iyaaa.", jawabnya.

"Astagaaa! Kok gak bilang?", tanyaku semangat.

"Gak usah dibilang, gue buktiin.", kata Kila sambil menepuk dadanya dengan bangga.

"Astaga! Selamat, Kila! Congratulations! Longlast, yaaa.".

"Ya ampun, Nam. Biasa aja kali. Cuman pacaran, bukan nikahan. Kalo gue pacaran, lo semangat begini. Apalagi pas gue udah nikah, ya.", kata Kila.

Aku hanya tertawa geli mendengarnya.

"Nah, sekarang giliran lo.", kata Kila tiba-tiba. Maksudnya apa?

"Hah?".

"Ih! Gak usah pura-pura bego, Nam.".

"Ih, apaan sih?".

"Maksud gue, giliran lo! Jadian sama kak Erik.".

"Ck. Enak aja. Kok malah gitu sih. Cinta kan datang begitu saja, gak bisa direncanain gitu. Eaaa, bahasa gue gakuku.", kataku dengan heboh sendiri.

"Hahaha... Ya udah. Just go with the flow.", kata Kila lalu dia merangkul tangannya ke aku. Dan kami berjalan bersama-sama menuju kelas.

Gue pacaran sama Erik? Huh, kayaknya gak mungkin banget deh.

Cold As IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang