14

10K 435 1
                                    

Kila hari ini tidak hadir disekolah, lagi. Aku harus menjalani sekolah dengan sendiri, tanpa seorang teman yang konyol disampingku.

Jam istirahat ini, akan kupakai untuk mengisi waktuku dengan membaca beberapa novel. Katanya sih, ada beberapa novel baru di perpustakaan. Maka itu, aku beranjak dari bangku kelas, dan menuju perpustakaan.

Setibanya di perpustakaan, sepi. Aku berjalan menuju rak yang biasanya berisi buku-buku, majalah-majalah, dan novel-novel terbaru. Semua yang baru, akan terpajang di rak itu. Satu buku kecil berwarna oranye halus menarik perhatianku, buku itu berjudul 'Bagaimana Cara Membuat Cowok Dingin Bisa Menyukai Aku?'. Aku terkekeh pelan. Oke, buku ini pas sekali denganku. Aku pun mengambil buku itu dan menuju satu meja yang kosong.

Dan, di ujung perpustakaan, mataku tersangkut pandangannya ke arah seorang lelaki, yang dari kejauhan, aku sudah dapat menebak siapa itu. Erik. Dia sedang tertidur, dengan wajah di atas meja, dan kedua tangannya berada diatas kepalanya.

Lucu ih.

Entah ada sihir apa yang membuatku berdiri, dan ingin menuju ke arahnya. Langkah kakiku menuju dekat dengannya. Begitu aku sudah dekat dengannya, langkah terasa sangat berat. Aku menarik kursi disampingnya dengan pelan, agar Erik yang tertidur pulas tidak akan terbangun.

Begitu bokongku sudah menempel diatas kursi. Aku menghela napas dengan lega. Aku sudah duduk disamping Erik, dan dia masih tertidur. Senangnya diriku, bisa melihatnya dengan jarak dekat, walau wajahnya sama sekali tidak tampak dimataku. Tapi tak apa, dekat dengannya, terkadang membuatku nyaman.

Aku kembali membaca buku yang tadi aku ambil.

KRIIIING...

Bunyi bel yang nyaring bunyinya, membuat Erik terperanjat dan kaget. Dia langsung terbangun. Aku juga tersontak kaget ketika Erik dengan tiba-tiba terbangun seperti kerasukan.

Erik memutarkan pandangannya ke aku. Dia seperti kebingungan, tapi dengan cepat dia memasang wajah cuek nya yang dingin.

"Sejak kapan lo ada disamping gue?", tanya Erik dengan nada sedikit tajam. Yang membuatku mandi keringat. Padahal, suasana perpustakaan sangat dingin.

"Ehm.. Anu... Tadi, g-gue, cuman mau it-itu kok, ng...", aku gelagapan, omonganku tidak jelas karena lidahku tiba-tiba berbicara dengan gagap.

"Gak usah takut gitu. Gue bukan setan.", katanya dengan seringai yang muncul dibibirnya membuatku semakin terperangah karena ketampanannya.

Mata Erik melirik ke buku yang sedari tadi ku pegang.

"Malah baca buku kayak begituan.", cibirnya canda, lalu dia pergi.

Aku, yang selalu bicara tanpa ada titik dan koma, otomatis, menjadi gelagapan barusan! Memalukan! Erik pasti mengira aku adalah anak yang selalu gagap jika bicara dan anak yang sulit diajak bicara. Yang mungkin, membuatnya malas berbicara lagi denganku! Ah! Bagus, Nam. Bagus sekali. Aku sudah membuat kesempatan dan mensia-sia kan nya menjadi kesempitan.

Cold As IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang