32

7.9K 329 0
                                    

Senangnya diriku bahwa aku akan pergi ke Indonesia. YAY! Mau ketemu Kila, Erik, Kila, Erik, Erik, Erik. Mostly Erik.

"Bawa baju gak usah banyak-banyak. Kamu kesana cuman liburan, inget itu.", komentar mama.

Aku memutarkan bola mataku malas.

"Eh! Mama lihat matamu tadi!".

"Maaf, mamiku yang cantiiik.".

"Cepetan! Ntar papa gak ada mood untuk anterin kamu ke bandara loh.", kata mama.

Bukannya menjawab, aku malah tambah cekatan memilah kaos, baju, dan celana yang akan aku kemas kedalam koper.

"Lagian kenapa kamu gak kemaren-kemaren packing nya? Napa baru sekarang? Jadinya begini kan, jadinya repot.".

Aku mencibir. "Mama bawel amat dah.".

"Kok kamu bawa peralatan make up? Mau ketemu siapa? Kamu kesana cuman liburan, dan nginep disana sama paman kamu.", komentar mama lagi yang membuat telingaku pedas mendengarnya.

"Ada deh. Itu biar Namesta tampil cantik selalu didepan pacar.", aku terkekeh pelan.

Mama tidak berkata-kata lagi. Baguslah. Mama hanya memicingkan matanya dan mendengus.

"Pacar melulu yang dipikirin.", cibir mama.

"Shhhh... Mama berisik.".

***

Aku mencium pipi kiri papa sebelum berlari menuju bandara. Gara-gara aku tadi lupa packing, makanya agak telat. Bisa-bisa aku ketinggalan, dan semua harapan untuk bertemu Kila dan Erik, pupus semua!

"Dadah, pa!", aku melambaikan tangan kearah papa.

Papa hanya tersenyum kecil lalu menutup jendela mobil seraya meninggalkan bandara.

YEAH! GAK SABAAAAR!!!

***

Sambil menunggu paman Jo, adik dari papaku, untuk menjemputku, aku memilih untuk pergi ke restoran dan mengisi perutku yang sedari tadi keroncongan. Penerbangan dari Australia ke Jakarta, lumayan lama dan membuat seluruh tubuhku pegal karena kelamaan duduk.

Aku kangen. Kangen Indonesia. Dan senangnya diriku begitu aku menginjak tanah Indonesia.

Saat menunggu di restoran, aku melihat seorang perempuan masuk kedalam. Perempuan itu memakai beanie abu-abu dan jaket merah. Sebuah figura yang terlihat tidak asing.

"Kila!", sahutku.

Sahutanku membuat perempuan itu menoleh kearahku dengan tatapan bingung. Setelah beberapa detik kami saling menatap, Kila menatapku hangat.

Kila berjalan kearahku dengan nampan berisi burger dan minuman berkaleng.

Tidak disangka akan bertemu dengan sahabatku untuk sekian lamanya.

"Astaga, gue gak nyangka bisa ketemu lo disini.", kata Kila begitu sudah terduduk nyaman didepanku.

"Gue kangen banget sama lo, Kil. Kita kan selama setahun ini cuman ngobrol lewat Skype.", kataku.

Kila mengangguk sambil mengunyah.

"Betewe, ngapain lo di bandara?", tanyaku.

"Tadi baru sampai di Indo, karena laper, gue kesini deh makan. Tadi tuh gue hampir duapuluh jam penerbangan dari Russia.", jawabnya.

Cold As IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang