Sambil menyesap teh hangatku, mataku terus tertuju pada layar HP yang sedang menampilkan chatt ku dengan Erik. Erik baru saja mengirim pesan yang membuatku sedikit tersentak.
Erik : Siap siap ya, sekitar jam delapan pagi, gue udah bakal ada didepan rumah lu.
Selama dua hari sebelumnya, Erik benar-benar berbeda. Tidak hanya dia memperlihatkan sisi romantisnya, aku tetap merasakan ada sesuatu yang berbeda darinya. Entah apa yang membuat Erik berbuat sedemikian. Mungkin karena dia takut kehilangan aku karena sebentar lagi aku akan pindah. Oke, aku terlalu PEDE.
Nam : mau ngapain? hari ini Minggu loh, ga mau istirahat lu?
Jeda beberapa menit, lalu Erik membalas lagi.
Erik : Istirahat itu biar tenang, kalo ada lu, gue jadi tenang.
Elah nih orang ngegombal? Hihihi..., batinku sambil cengingisan sendiri.
Nam : mau kemanaaa? mau ajak jalan yeee?
Aku menyandarkan kepalaku ke sofa sambil meletakkan segelas berisi teh hangat diatas meja ruang tamu.
Erik : Rahasia. Dandan yang cantik aja .
Senyuman langsung tersungging dibibirku. Jemariku memencet keypad diponselku dengan penuh semangat.
Nam : okeoke... HAHAY.
Yahh... Tidak ada balasan lagi darinya. Hanya di read. Sedih. Hiks.
Tidak berapa lama, arah jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan. Aku mendengar suara motor yang terparkir didepan rumahku. Aku mengintip lewat jendela kamarku yang berada dilantai dua. Ada Erik. Aku membuka jendelanya dan meneriaki namanya.
Erik menoleh keatas sembari memicingkan matanya.
"Turun!", perintahnya kasar.
Astaga,, masih aja galak, ya ampun, batinku sambil mengelus dadaku.
Aku berlari menuju bawah. Ah, mengingat wajah Erik yang galak tadi sambil berteriak kasar, bahkan hampir membuatku terjatuh saat ingin menuruni anak tangga dengan cepat.
"Lah. Gue suruh lu dandan yang cantik.", kata Erik begitu dia melihatku sudah ada dihadapannya.
"Banyak mau nya lo.", cibirku sambil memanyunkan bibirku.
"Yok, cepet naik.", perintah Erik lagi yang sudah menyalakan mesin motornya.
"Mau kemana sih kita? Kok pagi-pagi amat. Biasanya jam segini gue masih tidur loh.", komplenku.
"Banyak bacot.".
"Ish! Jawab gue kek, Rik.", cibirku sambil menepuk bahu Erik dari belakang.
"I'll take you to somewhere, and I'll make sure that today is one of your best day ever.", ucapnya sambil tersenyum tipis.
"Gak usah ngomong bahasa Inggris, dong. Gak ngerti.", cibirku lagi.
Erik berdecak kesal. "Makanya udah diem aja lo.".
Yeuh... Galak lagi diri kau.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold As Ice
Teen FictionSeorang gadis yang menaruh perasaan kepada seorang lelaki dingin di sekolahnya secara diam-diam. Seperti labirin, membuat gadis itu terus mencari cara untuk menuju hati seorang lelaki itu. Disaat ia kira perjuangannya itu sia-sia, ia mendapatkan seb...