4

15.3K 695 1
                                    

Aku membuka mataku perlahan-lahan. Objek pertama yang aku lihat begitu aku membuka mataku adalah lampu yang sangat terang. Seingatku, aku tadi ada di parkiran sekolah. Kenapa sekarang aku bisa ada disebuah ruangan?

"Akhirnya, bangun juga lo.".

Aku melirik kesebelah kiri, sumber suara tersebut. Ada Kila.

Aku akhirnya tersadar juga, aku berada di UKS.

"Kila.", panggilku.

"Shhh... Tadi kak Erik gendongin lu, dia bawain lu kesini. So sweet banget yaaa!", kekeh Kila.

"Hah? Kak Erik gendongin gue?", aku masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Kila barusan.

"Jih. Gak percayaan lo. Tuh, kak Erik lagi tungguin diluar. Gue panggilin ya.", kata Kila, lalu dia keluar.

Dan, Erik masuk kedalam UKS.

Gila, ganteng banget.

"Umm.. Kak, kotak pensil aku ada di kakak.", kataku.

Gilaaa.. Gue pakai "aku", "kakak", Nam jadi alim. Hahaha, aku membatin dalam hati.

"Yang ada pita warna pink, ya?", tanyanya dengan suara tegasnya.

"Iya. Tadi..".

"Tadi gue izin ke toilet, selesai dari toilet, gue lewat kelas sepuluh karena sekalian mau beli minuman di kantin, kan kelas sepuluh dekat sama kantin, eh, gue ada ketemu kotak pensil yang mencolok dilantai. Ya udah, gue ambil. Siapa tahu ketemu pemiliknya.", jelasnya.

"Hehehe... Itu kotak pensil gue.".

Lalu dia mengambil sesuatu dari tasnya, dan TADAAA...!!! Kotak pensilku, ada ditangannya.

"Nih. Lain kali, barang tuh dijaga.", kata Erik sambil menyodorkan kotak pensilku dengan wajah yang masih terlihat cuek.

"Makasih, kak.", ucapku.

"Hm.", jawabnya singkat.

Kalau orang bilang "makasih", jawabnya tuh "sama-sama". Ck.

"Betewe. Makasih, ya.", ucapku, lagi.

"Ck. Untuk apa lagi?", tanyanya.

"Udah gendongin gue, dan bawain gue ke UKS.", kataku dengan malu-malu, karena tatapannya AAAH... Tatapannya yang membuat para wanita ingin menggigit jari-jarinya sampai lepas. Wait? Kesadisan, yah? Pokoknya ganteng banget!!!

"Oh. Ya.", jawabnya singkat, padat, jelas.

Astaga. Tenggorokannya terbatas yah? Jawabnya singkat-singkat amat dah.

"Maafin gue.", kata Erik dengan tiba-tiba.

"Maafin? Kenapa?", tanyaku dengan kebingungan.

"Yang lempar bola basket kena kepala lo itu gua. Tadi lagi tanding sama Tirta, dia jago banget. Lalu gue lempar basketnya kejauhan, kena kepala lo. Makanya gue sendiri yang bawain lo kesini.", jelasnya.
    
Oh.

"Iya. Gak apa-apa.", kataku.

Tok tokk tokkk...

"Masuk.", kataku.

"Eh, maaf. Aku ganggu yah?" tanya Kila.

"Ganggu apaan?", tanyaku.

"Ganggu kalian. Momen kalian lagi mesra-mesraan.", ledek Kila.

"Eh! Ngomong kok gak bener!", cibirku ke Kila. Kila hanya terkekeh pelan.

Aku langsung menutup wajahku dengan selimut yang disediakan di UKS, karena wajahku dengan cepat berubah menjadi merah padam. Berani-beraninya Kila menggodaku seperti itu didepan Erik!

"Gue mau pulang. Gue cabut, yah.", pamit Erik, lalu dia pergi.

"Iiiihh!!! Kila jahat!", teriakku.

Kila hanya tertawa puas.

"Jahat banget lo! Gak punya hati.", teriakku, lagi.

"Dari tadi lo bilang gue jahat terus! Emang gue sejahat apa sih sampai lo gak henti-hentinya manggil gue jahat.", kata Kila yang masih tertawa.

"Lo kok gitu sih! Gue jadi malu, kan! Untung aja gue langsung nutup wajah gue, kalo enggak, ketahuan sama kak Erik kalo gue malu nya amit-amit dah.", cibirku.

Kila tertawa terbahak-bahak.

Aku berdecak kesal.

Tapi, digendong kak Erik? Gilaaa.. Romantis banget...

Cold As IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang