"Iya sayang aku juga cuma butuh uang itu , aku gak cinta sama dia. Aku cum- BRAKK"
"Oh jadi gitu?" Ucap Ara dengan langkah mendekati Gilang dan Selly yanng wajahnya sudah pucat pasi.
"Jadi ini sebenernya kelakuan lo Lang? Lo manfaatin gue buat cuma buat uang?" Ara tertawa miris. Orang yang selama ini ia sayangi hanya mempermainkannya. Seharusnya ia percaya dengan para sahabatnya. Tapi? Ara terlalu mudah jatuh cinta.
"Gue benci sebenci bencinya sama lo! Dan lo! Cewe murahan yang mau maunya sama Gilang. emang jalang kan?" Ucapan Ara membuat Selly naik darah. Tapi ia tak bisa apapun ia takut dikeluarkan dari sekolah gara gara berkelahi dengan anak donatur sekolah.
"Lang? Kita PUTUS!" Ucap Ara lalu berlari menjauh dari Rooftop. Sakti pun hanya berjalan menyusul Ara. Dia sudah pernah menghajar Gilang. Dan sekarang dia tak ingin mengotori tangannya lagi. Gilang petarung yang lemah.
Ara masih berlari di koridor dengan air mata yang sudah membasahi pilinya. Ia berniat masuk kekelas,
BRUK!
Ara tak sengaja menabrak dada bidang seseorang. Ia hafal aroma ini. Ia sangat merindukan aroma ini. Reyfan. Reyfan yang ada di depannya sekarang. Ara memeluknya air matanya tak bisa berhenti. Rey yang di peluk hanya bingung tapi tetap dengan wajah super datarnya. Semua siswa siswi yang ada di kelas juga kaget. Panji akan bersuara tetapi di cegah oleh Rey.
"Kenapa?" Tanya Rey susah payah setelah mengontrol detak jantungnya yang tak karuan, Rey mengusap rambut Ara lembut.
"Gil.. hikss.. gilang jahat Rey"jawab Ara. Rry tidak kaget Sakti sudah menceritakan semua tentang Gilang padanya.
"Lo boleh nangis sepuasnya, tapi setelah itu gue gamau lihat lo nangis lagi" ucap Rey. Semua temannya melongo mendengar penuturan Rey yang lumayan panjang dari biasanya. Wah, Ara mempunyai pengaruh besar untuk Reyfan. Ara pun menangis sekeras mungkin, baju Rey basah? Pasti. Ia tak mementingkan hal itu.
****
Rey, Sakti, Fina dan Ara sekarang berada di Apartemen Rey. Ara sedari tadi hanya diam sesekali ia meneteskan airmatanya. Sakti, Fina dan Rey menatap sedih kearah Ara.
"Lo makan dulu ya?" Pinta Fina membawa nasi goreng yang ia buat untuk makan mereka berempat tadi. Ara menggeleng pelan. Rey mendekat ke Fina dan memberi kode agar ia dibiarkan berdua dengan Ara. Fina mengangguk lalu ia keluar apartemen bersama Sakti. Padahal Rey hanya menyuruhnya keruang TV/ruang tamu.
Rey menggenggam tangan Ara. Ara sedikit tersentak kaget,seperti ada aliran listrik ketika tanggannya di genggam oleh Rey. Begitupun Rey, tapi ia menyembunyikan raut kaget diwajahnya.
"Makan ya? Gue suapin?" Pinta Rey, entah ada angin apa Ara mengangguk begitu saja. Membuat Rey tersenyum tipis. Lagi lagi Ara tak bisa mengontrol detak jantungnya, saat melihat senyum Rey. Ara sedikit demi sedikit memakan nasi gorengnya.
"Gausah difikirin" ucap Rey, Ara menunduk.
"Gue ga pernah sesakit ini, kenapa gue bego ga dengerin kalian semua. Kenapa gue harus percaya sama dia. Kenapa? Gue shh" Ara tak meneruskan ucapannya, terlalu sakit untuk mengucapkan semuanya.
"Gue tau itu sakit, gue juga sakit kalo liat lo sakit" ucap Rey. Ara tersenyum tipis "Gue ga akan sakit lagi" jawab Ara.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] My Choosey Girl - DWILOGI FAKE NERD
Teen Fiction#66 in TeenFiction 30 July 2017 [ PRIVATE-- JADI FOLLOW DULU SEBELUM BACA] "Yuk Rey, lo bawa motornya jangan ngebut ya. Gue tau gue itu suka balapan. Tapi kalo gue diboncengnya balap nanti rok gue kebuka trus kelihatan dan nanti banyak yang liat gue...