MCG 37

7.1K 401 24
                                    

Reyfan memasukkan semua bukunya kedalam tas jam istirahat berbunyi satu menit yang lalu. Rayn sedari tadi merengek pada Reyfan untuk ditemani ke kantin. Butuh perjuangan yang hebat untuk mendapatkan deheman dari Reyfan tanda ia setuju menemani Rayn. Jika saja kalian tahu perjuangan Rayn, itu pasti sangat menjijikan. Jangan dibayangin , merengek dengan oranh yang sesama laki-laki.

Reyfan dan Rayn berjalan ke Kantin tanpa ada tatapan terlalu memuja seperti di Indonesia, mungkin populasi cowok berwajah rata-rata dengan Reyfan sudah banyak. Rayn meminta Reyfan untuk duduk di kursi yang belum terisi terlebih dahulu. Kantinnya beda dengan di Indonesia lebih ramai, pembully-an-nya.

Reyfan mengeryit heran saat ia tahu banyak anak yang lemah atau miskin dibully oleh kasta yang lebih tinggi. Ia menoleh kesebelah kanan. Melihat teman sekelasnya yang telat tadi jambak oleh salah satu teman. Tapi Reyfan tak melihatnya dikelasnya, brati bukan dari kelas Reyfan.

Reyfan mendesah kasar , mengapa teman anak itu gak ada yang membantunya. Sesama cewek? Apa yang akan di rebutin? Ngebutin cowok? Terlihat murahan.

Rayn kembali dengan 2 piring spagetti untuk Reyfan dan untuk Rayn sendiri. Rayn merasa biasa saja dengan apa yang ada disekitarnya saat ini. Mungkin Rayn sudah kebal atau apalah.

"Siapa guru BK disini?" Tanya Reyfan , Rayn mengernyit lalu mengingat ingat.

"Mrs. Venna" ucap Rayn, Reyfan pun berdiri menghampiri anak itu yang sedang dibully.

Anak itu dan cewek yang membullynya menatap Reyfan yang berdiri didepan mereka tanpa Ekspresi.

"Kamu dipanggil Mrs. Venna" ucap Reyfan datar.

"Saya?" Tanya anak itu, Reyfan mengangguk pelan. Cewek yang menjambak anak itu melepaskan tangannya dari rambut anak itu. Menatap Reyfan dengan kagum dan takut.

"Kalau kamu mau nerusin buat bully dia, lanjut di depan Mrs. Venna" ucap Reyfan lalu pergi disusul oleh anak itu dibelakangnya.

"Thank you" ucap anak itu, Reyfan hanya menatapnya sebentar lalu berjalan lagi.

"Kalau kamu lupa, namaku Gebi. Kamu anak baru kan dikelas saya?" Oke sekarang Reyfan ingat, nama anak itu adalah Gebi.

"Dasar lemah!" Ucapan Reyfan membuat Gebi mendelik, laki-laki yang menyebalkan.

"Maksud kamu apa?" Kesal Gebi, menurutnya Reyfan itu songong. Wajah ganteng, cool dan penolong, tapi tetap saja kesan nya sekarang Reyfan itu songong.

"Cih, orang Milan, tapi gak bisa bicara bahasa Italia. Buruk" ucap Reyfan menggunakan bahasa Indonesia membuat Gebi tambah kesal.

"Lo bicara gue buruk tapi lo juga buruk." Jawab Gebi, Reyfan menatap Gebi datar walau sebenarnya ia sedikit kaget Gebi bisa bahasa Indonesia. Kalau dilihat-lihat memang ia ada sih wajah ke indo-an, kelihatan manis gitu.

****

"Enak kan?" Tanya Fanda, Kiara mengangguk dengan cepat sembari mengunyah sate kambing ditempat yang Fanda favoritkan.

Tempatnya dekat dengan sebuah taman yang Kiara pun tak pernah mendatanginya. Penjual sate nya hanya di gerobak, bukan di ruko . Hanya menggelar tikar dan sangat sederhana.

Suasananya ramai, beberapa orang berlalu lalang di sekitar sana. Terutama muda-mudi yang sedang berkencan, mungkin. Ada juga pedagang jagung bakar, jagung rebus, soto, bakso dan yang lain, hanya ada satu penjual sate disana. Yaitu Pak Slamet, penjual yang baru saja mengantarkan minuman dingin untuk Kiara dan Fanda.

[COMPLETED] My Choosey Girl - DWILOGI FAKE NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang