Edited: July, 19th 2019
***
SETELAH mengecek jam tangannya, Araa kembali menyandarkan punggungnya ke kursi kayu yang berada di teras depan rumahnya.
Ini masih sepuluh menit sebelum waktu yang ditentukan Adit untuk menjemputnya, lumayan bisa dipergunakan untuk membuka media-media sosialnya. Pun, Araa mengeluarkan ponsel dari tas selempangnya.
Setelah menyukai beberapa postingan yang menurutnya bagus, Araa kembali ke instagram miliknya. Jari telunjuknya mulai turun, melihat foto dan video yang sudah ia unggah.
Mata Araa melebar kala ia mendapati masih ada foto Tommy yang tersisa. Seingat Araa, dia sudah menghapus semua postingan yang menyangkut Tommy lalu kenapa yang satu ini tersisa?
Foto graduation-nya Tommy juga udah gue hapus deh perasaan, pikir gadis itu kebingungan.
Sebenarnya, Araa bukan tipe gadis yang jika sudah putus akan menghapus dan membakar apapun yang berhubungan dengan mantannya.
Ia melakukan ini karena Tommy pernah bilang kalau Araa masih menyimpan rasa padanya, buktinya Araa tidak menghapus foto mereka berdua di instagramnya. Makanya mulai saat itu, Araa menghapus bersih segala sesuatu yang berbau Tommy di sosial medianya.Membuka fotonya, Araa menghapus potret dirinya bersama Tommy yang mengenakan toga di depan sebuah karangan bunga. Iya, foto itu diambil pada saat Tommy wisuda, beberapa bulan yang lalu.
Araa mengunci ponselnya tepat ketika bunyi klakson mobil Adit terdengar. Araa pun bangkit lalu menggapai Adit di mobilnya.
"Sori telat, jalanan macet," ucap Adit dengan suara datarnya.
Entah kenapa Araa tersentak mendengar nada suara Adit.
Adit ini, bisa tidak sih sekali saja bersikap manis atau minimal ramah pada Araa? Demi apa pun, mereka sudah kenal sejak SMP!
Apalagi hari ini Adit yang datang meminta bantuannya, jadi kenapa justru dia yang bersikap dingin? Seperti Araa tidak punya hal lain saja untuk dikerjakan. Seharusnya kan dia bisa di rumah, bersantai, menonton atau mungkin bertukar pesan dengan Raka.
"Iya gak pa-pa," jawab Araa akhirnya.
Membuang napas kasar, Araa kembali meluruskan pandangannya. Sumpah, Araa tidak bisa jika cuman diam-diaman seperti ini!
"Hadiahnya buat ngerayain apa Dit? Kalau gue boleh tau," Araa menambahkan kalimat terakhirnya cepat-cepat, takut Adit akan menohoknya dengan jawaban klasik Adit. 'Bukan urusan lo.'
"Oh itu, hari anniv gue sama Dita Ra. Gue bingung mau ngasih apa biasanya gue kasih hadiah-hadiah standard jadi takutnya dia bosan, makanya gue ajak lo," jawab Adit yang kalau Araa hitung-hitung jumlah katanya, masuk ke dalam kalimat terpanjang yang pernah diucapkan Adit pada Araa.
Setelahnya mereka berdua terdiam. Di sepanjang perjalanan, hingga mereka tiba di lapangan parkir mal yang mereka tuju.
Araa tidak bisa membayangkan akan semenyeramkan apa malam minggunya kali ini.
Adit tengah menunggui Araa yang sedang masuk ke dalam toko peralatan elektronik saat sebuah pesan masuk lewat aplikasi LINE.
Nindita Pratama : Dita jadi ga enak dit 😩
Aditya Dirgantara : Knp ga enak? Kan kamu udh lama jga ga main sama ka dara.
Nindita Pratama : Iya, awalnya emang pingin ngepuasin rasa kangen karna akhir2 ini teteh sibuk sama prakteknya di rumah sakit. Tapi tadi aku ga sengaja baca line-nya ka damar yang muncul di header. Ka damar juga ngajak jalan teteh 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Aftermath [COMPLETED]
Teen FictionIt's not right yet it feels so good. © 2016 platyswrite