Edited: August, 16th 2019
***
SETELAH memastikan Dita turun dari atas motornya, baru Raka turun.
Raka sudah selesai menaruh helm-nya di atas motor, baru saja ia akan mengajak Dita untuk masuk tapi di belakangnya gadis itu kembali kesusahan dengan helm bermotif not balok miliknya.
"Ya ampun lo masih aja berurusan sama helm. Ngaitin gak bisa, ngelepasin juga gak bisa."
"Ssttttt, kali ini gue pasti bisa," ucap Dita, mencoba melepaskan kaitan helm itu sendiri. Dita trauma dengan efek samping dipasangkan helm oleh Raka beberapa waktu yang lalu. Jantungnya berdegup tidak keruan, membuat Dita ketakutan sendiri sampai tidak mau memikirkan pertanda apakah itu.
"Ck, bandel banget. Udah, sini gue bantu."
"Nah, bisa kan! Lo terlalu menyepelekan kemampuan gue!"
"Hmm iya, sekarang lo udah hebat. Udah ayo buru mereka udah nungguin tuh."
"Janjian sama Ojan Nafia-nya emang dimana Ka?" Tanya Dita kemudian keduanya mulai melangkah masuk.
Rencananya, hari ini Dita akan memenuhi janjinya untuk membantu Raka.
Kata Raka, beberapa hari yang lalu Ojan minta ditemani berkencan dengan Nafia. Kata Ojan dia takut, kalau langsung mengajak Nafia jalan berduaan saja gadis itu akan berpikir Ojan terlalu agresif dan meninggalkannya dalam sekejap mata. Perempuan itu kan mahluk aneh. Cowoknya agresif malah ilfeel. Eh giliran dibawa santai dibilang digantungin. Ck.
Sejujurnya Dita sempat kaget dengan kabar Ojan Nafia ini. Karena selama ini, sahabatnya itu tidak pernah cerita apa pun kepadanya.
Rencananya Ojan akan membawa Nafia ke Trans Studio Bandung. Kata Ojan, tempat itu paling pas karena tidak romantis tapi ia berkesempatan dipeluk-peluk manja oleh Nafia. Secara, di tempat itu 'kan banyak wahana menegangkan. Lagi pula beberapa hari yang lalu Ojan sempat membaca koran ayahnya yang tergeletak di atas meja. Di situ tertulis, ada potongan harga untuk setiap orang yang ber-KTP Bandung. Kebetulan seminggu lalu Ojan baru saja mendapatkan KTP-nya.
Mendengar ajakan itu tentu saja Raka menolak. Mana mau ia dijadikan obat nyamuk. Tapi bukan Ojan namanya kalau tidak bisa menghancurkan pendirian Raka. Pada akhirnya Raka terpaksa setuju menjadi obat nyamuk.
Makanya ketika Dita menerima permintaan Raka untuk membantunya, Raka sangat senang. Setidaknya, ia ada teman untuk mengobrol.
Raka menyerahkan KTP-nya kepada seorang wanita yang berjaga di tempat pembelian tiket, lalu mengulurkan tangannya pada Dita, meminta KTP gadis itu.
"Ah, gue lupa lo masih ingusan. Belum punya KTP," canda Raka, tiba-tiba teringat fakta bahwa gadis itu belum menginjak usia tujuh belas tahun.
Dita hanya bisa cemberut dikatai seperti itu oleh Raka.
Setelah perdebatan panjang lebar mengenai siapa yang membayar tiketnya, keduanya akhirnya mendapatkan tiket dengan jalan tengah, membayar tiket masing-masing. Walaupun sebenarnya di dalam hati keduanya masih sama-sama gondok. Dita merasa tidak enak dan ingin membalas perbuatan baik Raka yang sudah membelikannya helm dan vinyl, sementara Raka, tentu saja lelaki itu merasa dicorengi harga dirinya. Masa Raka mengajak cewek jalan tapi dia malah bayar sendiri?
"Mereka dimana Ka?" tanya Dita melihat ke kanan ke kiri, berharap menemukan tanda-tanda kehadiran Ojan dan Nafia.
"Kata Ojan sih, di sini, di toko souvenir ini. Ntar gue tanya lagi," kata Raka, mulai membuka ponselnya. Lalu tak lama kemudian lelaki itu berdecak, membuat Dita terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aftermath [COMPLETED]
Fiksi RemajaIt's not right yet it feels so good. © 2016 platyswrite