36. Seminar

1.1K 130 22
                                    

Edited: August, 6th 2019

***

ADIT membunyikan klakson mobilnya, membuat Araa yang tengah bermain game terkejut dan hampir saja menjatuhkan ponselnya.

Araa yang melihat mobil hitam Adit sudah terparkir di depan gerbang rumahnya, segera bangkit lalu pamit kepada ibunya untuk yang kedua kali.

"Ma, Kakak pergi!!" teriak Araa sebelum berlari kecil menuju mobil Adit.

Hari minggu ini, Araa memang sudah berjanji untuk pergi bersama Adit. Kemarin Araa sudah bertanya akan pergi kemana sebenarnya, tapi Adit tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak memberi tahu Araa. Kata Adit, pokoknya tempat yang mereka tuju ini akan sangat berguna bagi Araa dalam mengerjakan matematika.

Makanya Araa mau-mau saja, karena ia memang sedang butuh apa pun itu yang bisa membantunya dalam matematika. Apalagi mengingat tesnya dengan Bu Sukma sudah tidak lama lagi.

"Lo udah nunggu lama ya? Sori, jalanan macet," ucap Adit begitu Araa masuk ke dalam mobilnya.

Seraya mengenakan sabuk pengaman, Araa tersenyum kecil. "Selow aja, belum terlalu lama kok. Cuman tadi waktu gue ijin pertama, nyokap baru mulai ngadon brownies dan barusan sebelum lo dateng puji Tuhan gue udah sempet cicipin brownies-nya," jawab Araa membuat Adit terkekeh pelan.

"Bisa ya lo nyindirnya. Bilang aja langsung gue terlambat, gue orangnya peka lho jadi ga bisa tuh disepet-sepet kayak gitu," tukas Adit dan sekarang giliran Araa yang tertawa.

"Tunggu, peka dari segi mana deh lo Dit? Selama ini lo kalo nge-jokes gak pernah ada yang lucu sampe gue terpaksa harus pura-pura ketawa," balas Araa santai membuat Adit membelalakkan bola matanya.

"Oh, tolong!" ucap Adit seraya memutar setir mobil ke arah kanan. "Selama ini, gue tuh nurunin selera humor gue demi lo! Dan sekarang lo bilang gue garing?"

"Idih apaan, lo emang garing dari sananya ya!"

"Ya ampun Ra, sumpah, sebelum deket-deket sama lo, gue tuh gak pernah nge-jokes receh kayak gitu. Gue jarang becanda, dan sekalinya pengen hal berbau humoris gitu gue nontonnya stand up comedy, Eddie Murphy. Lo adalah influence buruk gue dalam bercanda," bela Adit tak terima namun entah mengapa terdengar lucu di telinga Araa, sehingga gadis itu tertawa bahkan lebih kencang dari yang sebelumnya.

Dalam hatinya Araa tahu, dia memang receh soal jokes dan juga tebak-tebakan. Tapi tetap saja, Araa tak bisa tinggal diam dibilang pembawa pengaruh buruk bagi Adit dalam hal bercanda.

"Ah, Adit bisa aja. Tapi akhirnya, lo berkembang juga 'kan dalam hal jokes recehan begini? Kayak apa tuh, tebakan lo? Ikan, ikan apa yang keras kepala?" balas Araa lagi dan memancing Adit untuk ikut tertawa bersamanya.

"Gue jadi ingat Raka deh Dit, dia juga suka bilang tuh gue garing, receh," cerita Araa, Adit tersenyum menanggapi.

"Ehm, Raka apa kabar Ra?"

Pertanyaan Adit membuat Araa bingung, gadis itu menaikkan salah satu alisnya.

"Dia, baik. Lagi sibuk latihan basket sih tuh bocah, tapi setau gue dia sehat," jawab Araa. "Eh, tunggu! Lo enggak salah Dit nanyain kabar Raka? Dia 'kan sahabat lo!"

"Enggak, bukan kabar kayak gitu. Maksud gue kabar hubungan kalian, mungkin? Uh gini, lo udah tau 'kan dia pertama kali mau deketin lo itu lewat gue perantaraannya, ya jadi gue pengen tau aja. Lo gak harus jawab kok," ucap Adit panjang lebar entah kenapa tiba-tiba merasa gugup.

"Lo apaan sih nanya begituan aja sampe keringat dingin gitu?" ejek Araa lalu terkekeh. "Santai kali Dit,"

Adit ikut terkekeh. "Ya kan biasanya cewek gak terlalu suka ditanya-tanya begitu,"

Aftermath [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang