55C. Boulevard of Broken Heart

646 58 5
                                    

Haii platypus punya cerita baru loh, judulnya APERSEPSI, yuk di cek :)

Edited : November, 5th 2019

***

SUARA gembok terbuka membuat Raka mengangkat kepalanya ke atas. Ia mendapati seorang polisi membukakan pintu untuknya. Melihat Raka hanya diam saja, bapak polisi itu pun memberi isyarat supaya ia keluar. Raka cukup terkejut ia bisa keluar secepat ini.

Setelah Raka keluar, Raka baru sadar jika polisi itu tidak sendirian. Ada Aryo di sana.

"Om bisa bicara sama kamu sebentar?" ucap Aryo yang muncul dengan wajah mengantuk dan lelah. Raka mengangguk sekilas lalu mengikuti Aryo duduk di salah satu bangku.

Aryo menatap pemuda di depannya dengan pandangan yang tak dapat diartikan.

Ia sudah menyayangi Raka seperti anaknya sendiri dan ketika mendapat telepon dari polisi di tengah malam seperti ini, Aryo tidak bisa menampik kalau ia kecewa dengan apa yang sudah Raka lakukan. Kenapa anak itu keluyuran jam segini sampai harus menabrak pembatas jalan?!

Setelah keheningan mencekik keduanya cukup lama, akhirnya, Aryo pun berdeham untuk memulai percakapan. "Kasus kamu masih diproses, Om udah mengajukan diri untuk jadi penjamin dan kebetulan, Om kenal dengan kapolres di sini. Karena tidak ada korban jiwa juga dalam kecelakaan ini, kalau tidak ada halangan mungkin kamu akan diizinkan keluar besok."

Raka diam saja memandang ke arah meja, tidak mampu membalas tatapan mata Aryo.

"Raka, Om ngerti kamu mungkin takut orang tua kamu khawatir dan akan marah, jadi kamu memilih menelepon saya. Tapi kamu harus mengerti kalau orang tua kamu wajib tahu peristiwa ini. Om sarankan kamu hubungi orang tua kamu," Pria dewasa itu bertutur dengan tenang, ia cukup sadar remaja tidak bisa dikeraskan dalam keadaan seperti sekarang ini.

"Itu sudah saya lakukan," jawab Raka pelan.

Aryo mengangkat satu alisnya terlihat kebingungan. Ia belum sempat menyuarakan kebingungannya karena tiba-tiba Raka mengangsurkan sebuah kartu padanya. Kartu yang membawa Raka kepada kenyataan pahit ini. Kartu mahasiswa Aryo.

Aryo semakin kebingungan. "Kamu dapat darimana ini?"

Raka tidak bersuara, ia kembali mengambil barang kedua dari dalam sakunya dan menyerahkannya juga pada Aryo, membuat Aryo seakan mendapat sambaran petir pada malam yang berbintang ini.

Aryo menatap Raka dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Berbagai rasa berkecamuk memenuhi hatinya. Sesuatu dalam dirinya hampir buncah.
Berkali-kali ia memindahkan pandangannya dari Raka ke kertas foto lusuh yang berisi kepingan masa lalunya. Foto pernikahannya. Bukan dengan Mitha, tapi dengan Marissa.

Jangan bilang Raka adalah...

"Kemana saja anda selama ini?"

Aryo mendongak, menatap Raka dengan cara yang berbeda dengan beberapa menit yang lalu.

Meski ucapan Raka adalah sebuah pertanyaan, tapi itu seakan cukup untuk menjelaskan semuanya pada Aryo.

Ya Tuhan, pemuda di hadapannya ini adalah anaknya. Buah hatinya yang tak pernah ia ketahui keberadaannya. Anak yang berada dalam kandungan ibunya waktu itu, anak yang selama ini ia cari, anak yang belum pernah dilihatnya kini sudah ada di depan matanya. Ia bahkan sudah sangat besar.

"Nak," ucap Aryo bergetar, mengabaikan pertanyaan Raka. Setetes air mata mengalir di pipinya.

Ia bangkit dan bergerak hendak meraup Raka ke dalam dekapannya, namun sekali lagi hatinya harus hancur. Raka bergerak menghindar dengan tatapan benci yang begitu kentara.

Aftermath [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang