39. Araa Sukanya Sama Raka

1.2K 127 9
                                    

Edited: August, 9th 2019

***

PAK Andre membunyikan peluit panjang, latihan basket hari ini telah usai. Raka yang tadinya hendak melakukan lay up, langsung berhenti dan melemparkan bola yang berada di tangannya pada Tirta.

Semuanya langsung beranjak ke sudut lapangan, mendekati Pak Andre. Seperti biasa, di akhir latihan Pak Andre akan memberikan evaluasi akan seluruh rangkaian permainan hari ini.

Setelah semuanya berkumpul, Pak Andre berdeham pelan untuk mendiamkan beberapa murid yang masih mengobrol.

"Ardi," panggil Pak Andre dan sang pemilik nama langsung mendongak. "Saya perhatikan, banyak lemparan bola kamu yang dapat diputus pihak lawan. Masih ada kesalahan dalam teknik mengoper kamu. Tidak hanya asal cepat, seharusnya kamu juga memperhatikan kesiapan temanmu dalam menerima."

"Bapak harap, kamu bisa lebih baik lagi di pertemuan selanjutnya," Ardi mengangguk mengerti.

"Perhatikan semuanya," kata Pak Andre. Kini fokusnya sudah berubah, bukan hanya pada Ardi. "Operan itu harus cepat, tepat dan keras. Tetapi tidak liar, sehingga dapat dikuasai oleh si penerima. Yang harus kalian perhatikan saat mengoper; arah bola yang harus terhindar dari serobotan lawan, timing harus tepat, gunakan perasaan, dan hindari lemparan menyilang."

"Masalah ini mungkin terlihat sepele, tapi semua hal besar dimulai dari yang kecil. Kalian paham?" Pak Andre mengakhiri penjelasannya, setelah melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan sebelah kiri.

"Paham Pak," jawab semuanya satu suara.

"Sejauh ini hanya itu kekurangan yang Bapak lihat. Berharap saja itu memang karna kalian bertambah hebat, bukan saya yang keliru," gurau Pak Andre. "Dan Raka, kamu bermain hebat hari ini. Pertahankan,"

Mendengarnya Raka menyeringai. "Saya sadar Pak, saya memang hebat,"

Semuanya jadi tertawa.

Tak lama setelah itu, Pak Andre membubarkan kerumunan. Semuanya langsung bergegas pergi ke kamar ganti laki-laki yang berada di ujung koridor.

Awan-awan gelap mulai menggantung di langit. Padahal ini baru pukul empat sore. Sepertinya hujan sebentar lagi akan turun.

Sekolah sudah hampir kosong, ketika Raka selesai mengganti baju dan membersihkan badannya. Hanya ada anak basket, dan beberapa anak lainnya yang masih nongkrong di bangku-bangku yang tersedia.

Tadinya Raka ingin langsung berjalan ke area parkir, sehingga ia bisa lebih cepat tiba di rumah Araa. Raka sudah sangat merindukan Bintang.

Tetapi itu semua harus tertunda, karena Raka melihat sosok familier, baru saja keluar dari ruang musik dengan map hitam besar di tangannya.

Bunyi gemerincing tercipta karena gantungan kunci yang terjuntai di tasnya saling beradu. Suaranya tidak terlalu keras, namun karena hanya ada mereka berdua dan satu orang lagi di ujung koridor, telinga Raka jadi bisa menangkap bunyinya.

Kening Raka berkerut bingung. Laki-laki itu heran, kenapa dia masih berada di sekolah sesore ini? Setahu Raka, dia bukan tipe orang yang suka berlama-lama di sekolah jika tidak ada alasan tertentu.

Sebelum dia semakin menjauh, Raka pun memanggil namanya.

"Dita!"

Yang dipanggil berbalik, berhenti melangkah, membiarkan Raka datang menghampirinya.

"Raka? Ada apa Ka?" tanya Dita begitu Raka tiba di depannya.

Sejenak, Raka sempat membeku. Ia terbius akan aroma minyak telon yang menguar lembut dari tubuh Dita.

Aftermath [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang