47. Cupid Sialan (2)

941 82 13
                                    

Edited: August, 25th 2019

***

DI atas panggung sana, Araa tersenyum manis ganti sebuah sapaan pada para pengunjung. Alunan gitar mulai terdengar, dan tak lama setelah itu suara Araa yang khas beserta alunan gitarnya terdengar hingga ke sudut-sudut kafe.

"Some people live for the fortune ...,"

Seulas senyum muncul di wajah Adit, ternyata Raka tidak berbohong. Tentang Araa yang bisa bernyanyi, tentang Araa yang biasa tampil di kafe, tentang suaranya, semuanya betul.

Araa menutup matanya, mencoba menghayati lagu, berusaha menyampaikan makna liriknya dengan baik kepada pendengar. Dari gesturnya di atas panggung, Adit bisa melihat Araa benar-benar menikmati waktu yang berjalan saat ini.

"Some people want diamond rings. Some just want everything But everything means nothing if I ain't got you, yeah ...," Araa masih bernyanyi, menghipnotis tiap jiwa di dalam kafe ini untuk terus memperhatikannya, tak terkecuali Adit.

Empat menit berharga itu, berlalu dengan cepat. Araa sudah tiba di penghujung lagu. Seperti biasanya, Araa menyelesaikan penampilannya dengan baik, hingga ke lagu terakhir yang gadis itu bawakan.

Araa tersenyum, mengucapkan terimakasih tanpa suara. Di saat itulah matanya bertemu dengan mata Adit, yang tengah duduk di bangku paling ujung, paling dekat dengan pintu masuk. Araa membelalakkan matanya, terkejut.

Kenapa Adit bisa ada di sini?

***

Jam menunjukkan pukul 13.30 saat Adit dan Araa sudah dalam perjalanan. Kata Adit, mereka akan pergi ke Lembur Batik, tempat untuk belajar membatik dan menjual berbagai macam jenis batik. Masih kata Adit, kalau beruntung tempat itu akan ramai dengan pengunjung dan mereka bisa menjadikan pengunjung yang tengah membatik itu sebagai objek foto. Adit ini memang lebih suka memfoto orang dari pada pemandangan.

Tidak seperti hari pertama mereka ditempatkan di kelas yang sama kelas XI ini, Adit sudah lebih banyak berbicara sekarang. Tapi kalau dibandingkan, tetap saja Araa yang lebih aktif berbicara. Adit lebih suka mendengarkan dan sesekali mengomentari ocehan Araa dengan tanggapan jujur dan lengkap dengan ekspresi datarnya, yang tak jarang membuat Araa tertawa.

Tapi hari ini Araa tidak cerewet seperti biasanya. Ia justru diam sepanjang perjalanan. Araa malu.

Jadi ceritanya, tadi begitu ia selesai manggung dan menghampiri Adit, Araa dengan percaya dirinya bertanya,"Lo kok tau gue ada di sini? Lo ngintilin gue ya selama ini?"

Yang dengan santainya dibalas Adit dengan kerutan di keningnya beserta gelengan pelan, "Waktu di ruang OSIS lo ngasih tau gue Ra," dengan sukses membuat pipi Araa memerah karena malu.

Kenapa Araa bisa lupa? Bodoh!

Walaupun tadi Araa sempat melihat jejak senyuman di wajah Adit namun ia tetap bersyukur karena Adit tidak membahasnya terus-menerus.

Sekarang, mereka sudah tiba di lembur batik. Adit tengah mengobrol dengan seorang bapak yang sepertinya adalah pemilik tempat ini. Adit terlihat cukup akrab dengan bapak itu, tak bisa diragukan lagi ia pasti sudah sering kemari.

Araa suka tempatnya, nyaman.Terasnya cukup luas, karena jika ada rombongan pengunjung yang ingin belajar membatik, mereka akan menggambar pola dan membatik menggunakan canting di sini. Suasana jawanya sangat kental dan pohon-pohon yang berada di sekitar lembur batik ini membuat pengunjung betah berlama-lama berada di sini.

"Tempatnya masih sepi Ra lo mau belajar membatik dulu enggak? Sekalian nungguin pengunjungnya pada datang," ucap Adit yang baru saja selesai mengobrol dengan si bapak pemilik tempat ini.

Aftermath [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang