33. Ikan Apa Yang Keras Kepala?

1.2K 125 23
                                    

Edited: August, 2nd 2019

***

"DIT, itu lo 'kan?" suara panik Letha memasuki pendengaran Adit sesampainya ia di dalam rumah.

Sepertinya bunyi yang diciptakan Adit saat memasuki rumah membuat Letha sedikit khawatir, khawatir kalau yang datang adalah seorang penjahat. Ayolah, apa yang bisa dilakukan seorang wanita yang sedang hamil besar untuk melawan penjahat?

Setelah menaruh sepatunya ke dalam rak, Adit langsung menghampiri kakak perempuannya itu. Ternyata Letha sedang menonton televisi dan keponakannya—Alicia—tertidur dengan tubuh bersandar pada Letha.

Raut wajah Letha terlihat begitu tegang hingga akhirnya ia melihat sosok Aditlah yang muncul dari balik tembok. Satu hela napas lega pun meluncur tanpa ia sadari.

Adit membuka jaket yang melekat pada tubuhnya lalu meletakkan tas hitamnya di atas sofa. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Adit bergerak mendekati Alicia. Dengan luwesnya ia membopong bocah berumur lima tahun itu ke dalam kamarnya.

Selama di sini, Alicia memang memilih untuk tidur dengan Adit. Setiap Letha bertanya kenapa, dengan polosnya Alicia akan menjawab kalau Adit selalu menceritakan cerita yang berbeda setiap malamnya. Tidak seperti Letha yang selalu menceritakan kisah tentang seorang putri yang bertemu dengan pangeran.

Tidak ada yang tahu kalau sebenarnya kisah yang Adit ceritakan selama ini kebanyakan berbau ilmu pengetahuan. Seperti bagaimana gugus bintang terbentuk, yang tentunya dikemas dengan menarik dan bahasa yang disesuaikan dengan usia Alicia. Secara teknis, Alicia memang tidak benar-benar mengerti semua yang Adit ceritakan. Tapi entah mengapa, ia menikmati setiap cerita yang keluar dari mulut om-nya itu.

Setelah memindahkan Alicia, Adit kembali ke ruang televisi bergabung dengan Letha duduk di atas sofa.

"Makasih ya Om," ucap Letha, tersenyum.

Adit membalas senyumannya lalu mengangguk sekali.

"Tinggal dua hari lagi gue di sini, pasti bakal kangen banget sama kalian," ucap Letha dengan mata menatap Adit. "Kira-kira, Cia bakal ngamuk gak ya kalau ditinggal beberapa minggu di sini?" tambahnya.

Rencananya Letha akan melangsungkan persalinan di Jakarta, tidak seperti Alicia dulu yang lahir di Bandung. Sejujurnya, Letha lebih suka melahirkan di Bandung karena selain ibunya adalah seorang dokter, di rumah ini ia merasa lebih aman dengan Adit dan beberapa orang yang bekerja di sini yang selalu bisa membantunya kapan pun perutnya mulai berkontraksi tidak seperti suaminya yang terkadang harus pulang larut malam karena pekerjaan.

Namun tugas Fahri sekarang ini benar-benar tidak bisa ditinggal seperti waktu Alicia dulu. Sehingga mau tak mau, sebagau istri yang baik Letha harus tetap di Jakarta untuk mendampingi suaminya dan meninitipkan Alicia di sini untuk mempermudah bila waktunya bersalin nanti tiba.

Menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa, Adit tersenyum miring. "Tenang aja Kak, selama di sini dia nempel sama gue, nyokapnya yang ngebosenin dianggurin,"

Letha memukul paha Adit membuat lelaki itu terkekeh pelan.

Tak lama setelah itu Letha pamit ingin tidur ke kamar, meninggalkan Adit seorang diri. Maklum, di usia kandungannya sekarang ini Letha memang lebih mudah lelah.

Kepergian Letha membuat Adit mematikan televisi yang tengah menayangkan acara gosip itu. Tak lupa, Adit mendesah malas terlebih dahulu, kakaknya itu, kapan dia akan mulai menonton program yang mendidik?

Keheningan yang melanda membuat pikiran Adit terbang tak tentu arah. Lalu tiba-tiba saja, Adit kembali kepikiran cara untuk terlihat lebih santai di depan Araa. Menurutnya, walau sudah ada kemajuan, tetap saja aksinya saat mengajar Araa tempo hari masih belum maksimal. Adit butuh opsi lain.

Aftermath [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang