#6# Breath

5.7K 378 16
                                    

Kelopak mata dengan bulu mata lentiknya bergerak sebelum akhirnya perlahan terbuka menapakan iris amethys indah. Ia menatap sekeliling ruangan. Ternyata ini ruang kamarnya.

Ia sedikit menyerngit heran saat menemukan futon ungu kesayangannya yang terlipat rapi dekat tempat tidurnya.

Ia mengingat-ngingat hal apa saja yang terjadi kemarin hingga terlelap di tempat tidurnya.

"Kau sudah bangun?"

Neji bersidekap menyenderkan tubuhnya di kusen pintu kamar Hinata. Selembar apron yang biasa Hinata pakai terpasang apik di pinggangnya.

"Neji nii."

"Bergegaslah mandi. Niisan yang menyiapkan sarapan." Neji berbalik kembali menutup pintu kamar Hinata. Hinata menunduk sedih. Ia meremas selimut yang masih menutupi separuh tubuhnya.

Apakah ia masih pantas menjadi adik untuk lelaki yang begitu baik seperti Neji. Apakah ia masih pantas menyandang marga Hyuuga setelah ia tidak memiliki kehormatan lagi. Ia malu sunguh malu. Air mata kembali luruh di pipinya. Jika seandainya Neji memarahi atau menghinanya tentu Hinata tidak akan merasakan sakit yang sesesak ini.

....

....

Bruk.

Tas ransel sekolah di lempar keras di atas meja tempat duduknya. Dengan senyuman yang masih bertengger di bibirnya ia beranjak duduk di kursinya. Andaikan kau tahu Sasuke, senyuman minus 1 volt-mampu membius kaum hawa di kelasmu. Bahkan tidak sedikit di antaranya ada yang mengabadikannya lewat telepon selulernya.

Sai yang baru menundukan dirinya di tempatnya sedikit heran dengan ekspresi tak biasa itu. Selama hidup dengan adik kembarnya ini ia tidak pernah sekalipun melihat senyuman yang se-ekspresive ini di wajah yang biasanya menampilkan wajah datarnya.

Seorang gadis bersura merah muda dan dan bercepol dua masuk ke kelas. Mereka adalah Sakura dan Ten-ten. Onyx-tak pernah luput dari kedua siswi itu. Seperti ada suatu kejangggalan dalam pengamatan Uchiha kalem ini.

"Jadi Hinata chan tidak bisa masuk hari ini karna Sakit?"

Ah..

"Iya, tadi kakaknya Hinata chan yang menelepon ku kalau Hinata chan tidak masuk hari ini karena sakit. Astaga Sakura! Aku menyukai suaranya yang ngebass khas-nya itu." Ten-ten berseru girang. Bukan rahasia lagi jika salah satu sahabat Hinata yang tomboy ini memang menargetkan Hyuuga Neji sebagai lelaki idamannya. Yah.. Ten-ten menyukai Neji sejak pertama kali Hinata memperkenalkannya lewat foto di dalam ponselnya.

"Eleeh.. Kau jangan terlalu berharap Ten-Ten. Neji nii pasti lebih memilih wanita yang anggun dan cantik, di bandingkan dengan cewek urakan. lihatlah kau!" Jari lentik Sakura menunjuk dari ujung ke ujung keseluruhan penampilan Tent-ten, jangan lupakan gaya meledeknya yang membuat Ten-ten kesal bukan main. "..dari segi manapun kau terlihat seperti anak laki-laki. kecuali jika tidak melihat  bentuk dada kecilmu itu."

"Kau..." geram Ten-ten kesal, tangannya terulur hendak menyentil jidat lebar Sakura dengan keras andikan suara bariton seseorang tidak menginterupsinya.

"Dia sakit apa?"

"E-eh. Sai san?" Ten-ten berbalik mendapati Sai yang kini sudah berdiri di belakangnya.

"Jadi?" tanya Sai ambigu. Namun maksud yang jelas sudah dapat di mengerti oleh mereka bertiga.

"Oh.. aku sendiri juga tidak tahu. Tapi, tadi kakaknya Hinata chan menelponku. Katanya selama 3 hari ini Hinata tidak akan masuk sekolah. Kakaknya akan membawanya kembali ke Suna untuk berobat," jawab Ten-ten panjang lebar.

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang