#21# Amnesia (bagian 2)

3.5K 261 90
                                    

..

~Chapter sebelumnya~

Gaara menguraikan pelukannya. Kedua tangan kekarnya menangkup wajah Hinata. Menggunakan kedua ibu jarinya, Gaara mengusap air mata yang berada di kedua pipi chabi Hinata.

"Kau adalah... istriku."

.

.

..........................................................................................

.

(Khusus 18+)
(Soft Lemon)
.
.

"I-istri?"

"Hn."

Hinata meringis merasakan sakit yang luar biasa saat ia mencoba mencari serpihan ingatan dirinya dan pria bernama Gaara ini.

"Jangan dipaksakan. Jika sudah saatnya kau pasti akan mengingatnya." 'Dan akan ku pastikan itu tidak akan pernah terjadi.' Sambung Gaara dalam hati.

Tidak berapa lama, Sasori masuk diikuti oleh seorang dokter dan 2 perawat dibelakangnya.

Gaara dan Sasori diminta keluar saat proses pemeriksaan pada Hinata dilakukan.

Setelah 10 menit berlalu akhirnya sang Dokter keluar menemui Gaara dan Sasori.

"Keadaannya memang sudah membaik. Tapi, usahakan jangan sampai pikirannya terbebani dengan hal-hal yang dapat memicu kerja otak yang terlalu keras," ucap sang Dokter bersurai coklat ini.

"Berapa lama kira-kira amnesianya sembuh, dok?" Tanya Sasori penasaran. Tidak tahu saja pertanyaan ini justru membuat Gaara sedikit tegang.

"Saya tidak dapat memastikannya. Karena biasanya pasien yang terkena amnesia hanya perlu dukungan dari keluarga dan sekitarnya." Sang dokter lantas menepuk pundak Sasori sekilas, "saya sangat menganjurkan untuk tetap mendampingi pasien dan memberikan motivasi moril agar kondisi pasien bisa cepat pulih dan cepat mengingat kembali jati dirinya sebenarnya." Sang dokter lantas pamit setelah Sasori mengucapkan terima kasih.

...
...
...

Sasuke terdiam menatap seseorang yang mirip dengannya itu masih terbaring nyaman di sana. Dalam sela-sela kesibukannya antara sekolah dan pencariannya mencari Hinata Sasuke selalu menyempatkan dirinya untuk menjenguk Sai. Bahkan dalam jangka waktu seminggu ini, Sasuke tidak pernah absen untuk melihat keadaan sang kakak.

"Kau harus kuat Sasuke kun. Aku yakin Sai akan baik-baik saja," ucap Sakura menyentuh lengan Sasuke yang kemudian di tepis oleh sang empunya. Kembali Sakura merasakan sakit hatinya saat merasakan penolakan dari Sasuke.

Sejak seminggu Sasuke kembali ke sekolah, Sakura kembali mencoba mendekati Sasuke. Namun, penolakan dan penolakan saja yang ia dapatkan. Selain dari hal apapun yang telah mereka lakukan waktu itu, tidak lain tidak bukan hanya sebatas keterpuasan masing-masing semata. Haruskah ia menyerah disini?

"Sasuke kun. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kau pikirkan tapi, aku akan ada saat kau menginginkan seseorang," ucap Sakura lantas berjalan keluar dari ruang rawat Sai.

Sepeninggalnya Sakura, Sasuke lantas mendudukan dirinya pada kursi dekat tempat tidur Sai.

"Kau puas sekarang Sai? Aku kelimpungan mencari 'gadis kita' dan kau masih juga tidak mau bangun? Aku benar-benar akan memukulmu jika kau bangun nanti." Sasuke menunggu melihat respon dari Sai tapi, hanya bunyi mesin detektor jantung yang terdengar.
Menghela napas lelah, Sasuke lantas beranjak menepuk pundak sang kakak pelan, "bangunlah Niisan. Aku berjanji akan menemukannya untukmu. Aku tidak akan egois untuk memilikinya, tapi jika kau tidak benar-benar menginginkannya, aku akan mempertahankannya." Sasuke pun beranjak meninggalkan ruangan Sai. Tanpa ia ketahui setetes air mata luruh dari ujung sudut mata yang masih terpejam.
.
.
Hinata mengusap tetesan air di pipinya. Ia mengadah ke atas menatap langit yang mulai mendung. Rintik hujan dengan kapasitas sedang mulai turun membasahi kota Ame. Memang pada dasarnya di kota ini selalu turun hujan dan mungkin hanya sedikit waktu untuk bisa menikmati hangatnya sinar matahari disini. Bukan masalah bagi Hinata jika setiap harinya harus melihat hujan hanya saja, Hinata tidak terbiasa jika dalam nuansa seperti ini ia tidak bisa mengingat mengetahui apapun tentang diri sendiri. Selain informasi dari pria yang mengaku sebagai suaminya ini, pikiran Hinata kosong.

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang