#18# Threat

3.4K 283 37
                                    

...

Bruk

Sai menubrukan dirinya pada dinding dekat tempat pembuangan sampah. Pistol masih digenggamnya sebagai bentuk persiapan. Pelajaran menembak selama 3 bulan saat masih di amerika sangat berguna. Hanya saja dalam keadaan gelap gulita seperti ini ia sangat ragu jika tembakannya akan tepat mengenai sasaran.

Pasalnta ia tidak berniat membunuh, hanya sekedar melumpuhkan. Setidaknya ia harus lolos dari kejaran para bodyguard Itachi.

Suara langkah kaki cepat terdengar ke arahnya. Sai terdiam menunggu dengan sabar.

"Bagaimana apa kau melihat Sai sama?"

"Tidak!"

"Kita cari ke kearah sana."

Saat suara langkah kaki terdengar menjauh Sai keluar dari tempat persembunyiannya. Saat keadaan mulai aman iapun bergerak ke arah jalan besar. Namun, sebelumnya ia sempat pergi mencari tempat ATM tarik tunai.

Ia memperkirakan jika Itachi akan segera memblokir semua kartu debit dan kreditnya. Tapi, sebelum itu terjadi ia harus mengantisipasi keamanan finansialnya.

....

Kesenyian yang tidak menyenangkan terasa kental dalam suasana sepasang suami istri keluarga Hyuuga. Hembusan angin di sore hari memang terasa dingin menusuk kulit. Pergantian suhu yang cukup drastis mengingat musim yang terlampau panas di kota Suna. Hanya suhu udara dingin ini tidak terasa mengganggu saat ada yang lebih mengganggu dari pada sebuah kebohongan yang sangat menyakitkan. Hikari hanya menunduduk menolak untuk menatap wajah datar sang suami. Andaikan Hikari dapat mengangkat sedikit wajahnya maka ia akan melihat tanda keputus asaan dan penyesalan mendalam dari iris amethys sang prodigy Hyuuga.

"Kenapa kau lakukan ini padaku, Hiashi kun. Kita.. kita bahkan telah menikah selama 25 tahun. Tapi, kau tidak mengatakan apapun pada-ku. Aku bahkan ragu jika kau telah melupakan wanita itu," bisik Hikari dengan suara bergetar.

"Aku tidak ingin menyakitimu. Lagi pula dia sudah tiada jadi, aku tidak ingin mengingatnya lagi dengan menceritakannya padamu." Hiashi mengalihkan tatapannya dari Hikari. Hiashi enggan untuk membahas dosa di masa lalunya biar bagaimanapun, ia tidak bisa memungkiri jika terkadang ia masih selalu mengingat wajah damai wanita bersurai indigo yang diturunkannya pada Hinata. Itu sangat menyakitkan jika harus di ingatkan.

"Tapi, kau tetap menyakitiku, Hiashi kun. Yang tidak bisa ku percaya kau melakukannya bahkan saat kita sudah mempunyai Neji?" Suara Hikari terdengar prustasi. Beruntung mereka berada di taman rumah sakit yang telah sepi, jika tidak suara Hikari akan menarik perhatian orang-orang yang penasaran pada mereka.

"..." Hiashi ragu untuk menjawab, seperti apapun jawabannya tidak akan membuat semuanya menjadi lebih baik dari keadaan yang sekarang.

"..Apa karena kau masih belum bisa mencintaiku? Apa karena pernikahan kita yang di jodohkan?" terka Hikari mengangkat kepalanya menatap Hiashi dengan air mata yang telah mengalir di kedua pipinya.

"Maafkan aku."

Hikari kesal mencengkram kemeja depan Hiashi. Siapapun tidak akan menyangka jika wanita yang terkenal lembut seperti Hikari pun akan bersikap histeris saat merasakan kekecewaan dan sakit hati karena penghianatan suami yang selama ini dicintainya.

"Aku tidak memintamu mengatakan kata maaf! Aku hanya ingin penjelasan Hiashi kun!"

Hiashi membiarkan Hikari mengguncang-guncangan atau memukuli tubuhnya. Ia tentu akan menerima semua tindakan yang akan dilakukan oleh Hikari. Tentunya ia memang telah melakukan kesalahan, ia pantas menerimanya sekalipun jika Hikari meminta kematiannya.

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang