Kisah seorang putri pemberi kebahagiaan yang terjebak dalam perangkap seorang iblis kejam membuatnya hidup bagai dalam neraka.
Tapi, bagaimana jadinya jika ada saudara sang iblis yang sangat baik hati menawarkan kebahagiaan yang lain kepadanya. Apa...
Gaara membawa mobilnya ke rumah sakit terdekat. Tanpa ragu ia mengangkat Hinata dalam gendongannya. Tidak ingin membuang-buang waktu ia segera menghampiri seorang perawat yang berjalan didepannya.
"Kau! Selamatkan gadis ini!" Gaara membentak panik membuat sang perawat terkejut. Meski begitu siperawat tersebut menuruti perkataan Gaara.
Sebuah tempat tidur segera disiapkan untuk membawa Hinata masuk kedalam ruang UGD.
Gaara menunggu di luar ruangan saat salah satu perawat menutup pintu UGD. Pikirannya cukup kalut memikirkan bagaimana kondisi Hinata.
Mengacak rambutnya keras. Keringat membanjiri tubuhnya yang tanpa mengenakan atasan untuk menutupi tubuhnya yang berotot.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gaara tidak memperdulikan jika dirinya menjadi tontonan menyenangkan para makhluk yang bergender wanita di rumah sakit ini. Sekarang ini keadaan Hinatalah yang penting.
"Dasar gadis bodoh sialan!" Sejenak umpatan kerasnya mengejutkan para perawat yang memandangi tubuhnya yang penuh minat.
Lupakan dengan luka di dahinya yang telah mengering. Gaara sudah tidak merasakannya, bahkan mungkin pemuda bertato ai dikening kiri ini, sudah tidak mengingat jika dirinya terluka.
Menarik napasnya perlahan Gaara mencoba menenangkan dirinya. Kemarahan tidak akan menghasilkan apa-apa. Gaara meraba sakunya dan mendecih kesal. Ponselnya tertinggal di mobil, Sementara ia harus sabar menunggu sampai dokter itu selesai menangani Hinata.
Tidak lama pintu ruang UGD terbuka menampilkan seorang dokter wanita bersurai pirang panjang yang baru melepaskan stetoskop dari telinganya.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Gaara to the point membuat si dokter bersurai pirang ini terkejut.
"Ke-keaadannya sedikit lebih baik dari sebelumnya." Si dokter cantik sedikit terkejut mendapati Gaara berdiri tepat dihadapannya. Keadaannya yang setengah telanjang membuat si dokter merona malu.
"Apa maksudmu 'sedikit lebih baik'. Kau tidak profesional sekali sebagai seorang dokter," ucap GAara dingin menatap tajam dokter bertag nama Shion Yamaguya ini.
"Ap.." Shion menatap kesal mendengar dirinya diremehkan. Tapi mengingat tatakramanya sebagai seorang dokter ia mencoba bersikap lebih tenang.
"Maaf tuan kami sudah mencoba mengusahakan yang terbaik. Untuk sisanya kita bergantung pada nasib pasien."
Gaara mendecih lantas melangkah masuk kedalam ruangan Hinata. Namun baru selangkah lengannya ditahan oleh Shion.
"Maaf tuan. Pasien harus kami pindahkan ke ruang ICU terlibih dulu untuk mendapat perawatan intensif. Sementara itu diharapkan anda untuk mengenakan pakaian layak dan steril untuk bisa masuk kesana."
Tatapan Jadenya lebih menajam dari sebelumnya sebelum menghentakan lengannya. Ia jelas tidak terima jika seorang wanita berani mengatur-aturnya. Tapi mengingat siapa yang berada di dalam sana membuat Gaara menurut.