05

123 7 0
                                    

Nina duduk sendiri di pagar balkon kamarnya. Kakinya yang tergantung bergerak-gerak. Nina masih membayangkan kejadian semalam. Sosok gadis kecil yang mengajaknya bermain itu selalu terbayang di pikirannya.

  "Dasar setan!" dia menarik-narik rambutnya frustasi. Masih terasa kepala hantu itu menempel di bahunya. Kakinya menerjang-nerjang udara, sampai tubuhnya hilang keseimbangan dan jatuh...

   BUK!
   ...kedalam balkon.

  "AAAGRRH! Sialan, sakit banget!" Nina langsung bangkit dengan susah payah, sekarang sekujur tubuhnya sakit oleh perbuatannya sendiri.

  "Ciee...yang lagi kesel nih" cibir Tamara yang baru saja datang ke kamar Nina.

  "Rese lo! Bukannya bantuin, malah ditontonin"

  "Lah, emang lo kenapa?"

  "Jatoh!"

  "Dari?"

  "Kayangan!"

  "Ha?"

  "Pager balkon, Tamara Alfatama sayangku" kata Nina gemas, lalu merebahkan diri di atas kasurnya.

  "Ih, najis!"

  "Hell"

   Brak!
   Lagi-lagi pintu kamar Nina dibanting. Grace dan Lenar masuk tanpa meminta izin dari pemilik sementara ruangan ini. Nafas mereka tersengal-sengal.

  "Lo berdua kenapa?" tanya Nina. Keduanya masih berusaha mengatur nafas masing-masing.

  "Woy, lo berdua kenapa?" Nina bertanya lagi, dan lagi-lagi diabaikan mereka berdua.

  "Subahanallah, lo berdua masih berfungsi apa nggak kupingnya?" tanya Nina gemas.

  "Tadi, kita ketemu sama orang yang semalem" jawab Grace pada akhirnya.

  "Si setan?" tanya Tamara.

  "Stupid, Grace bilang setan apa orang tadi?" Nina menatap Tamara datar.

  "Orang" jawabnya  santai.

  "Nah tu tau, kenapa lo nanya si setan?"

  "Eh, masa?"

  "Hell!" seru ketiganya, gemas dengan Tamara.

  "What?" Tamara malah memasang tampang bodohnya.

  "Jadi, lo lari gitu?" tanya Nina pada Grace dan Lenar, mengabaikan Tamara.

  "Iya, tadi itu mendadak. Belom siap mental untuk ketemu" jawab Grace. Lagi.

  "Emang harus siap mental gitu?" tanya Nina heran dengan jawaban Grace.

   Grace berjalan menuju kasurnya, dan duduk dipinggir kasurnya. "Iyalah"

  "Ha? Untuk apa lagi?"

  "Belom siap bertatapan muka secara langsung sama Dylan" giliran Lenar yang menjawab.

  "Siapa Dylan?"

  "Itu cowok yang Grace suka" Nina menatap Grace dengan alis  mengangkat satu, sedangkan Tamara langsung menyerang Grace dengan ribuan pertanyaan.

  "Masa sih? Ganteng gak? Keren gak? Apa nama lengkapnya? Panggilannya Dylan? Koq lo bis-" pertanyaan beruntun dari Tamara belum selesai tentunya.

  "Bacot!" potong Grace cepat.

  "Lah, gue nanya serius, Grace"

   Sementara yang satu sibuk menginterogasi Grace, yang satunya lagi juga sibuk menginterogasi Lenar. Intinya, sibuk dengan urusan masing-masing.

VILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang