20

65 4 0
                                    

Sebuah palu melayang kearah kepala Grace.

    BUK!!!
Palu itu mendarat tepat di kepalanya, Grace terjatuh saat itu juga di atas lantai yang dinginnya menusuk kulit.

   "Grace!" Dylan langsung menghampiri Grace. Althea -yang ada di dalam tubuh Nina- mundur beberapa langkah, sambil memutar-mutar palu yang di gunakannya untuk memukul Grace.

   "Mati gak ya?" tanyanya pada diri sendiri. Althea tersenyum puas melihat Grace yang tak sadarkan diri lagi. Dia melupakan seorang lagi yang masih ada di dekatnya dengan sebuah revolver di tangannya yang siap meletuskan isinya.

    DOR!!!
    Benar saja, peluru yang diletuskan revolver itu menembus bahu kirinya dari belakang, membuka luka yang Geo buat di bahu itu.

   "Lo ngelupain gue masih ada di sini ya, sayang" katanya, Althea melihat kebelakang. Geo tersenyum di sana, sambil kembali menarik pelatuk revolver nya.

    DOR!!!

    DOR!!!

    DOR!!!

   Itu yang ketiga kalinya Geo menembaknya, tubuh itu tidak jatuh juga. Mata gadis itu mengkilap. Geo kembali menembaknya hingga peluru nya habis.

   "Sudah selesai?" tanya Althea dengan suara yang mengerikan. Dia tersenyum yang tak kalah mengerikan juga.

   "Di...a itu apa?" tanya David yang baru saja datang bersama Lenar, tepat saat Geo menembak tubuh Nina berkali-kali.

   "Yang pasti bukan Nina" jawab Lenar tak kalah pelan.

   "Damn it, lupa gue setan mana bisa mati" kata Geo dengan nada menyindir. Senyuman di wajah Nina -bukan Nina- memudar perlahan.

   "I hate you, Argeo Zen" katanya pelan, menunduk dalam dalam.

   "I don't care, Althea. I don't like you, you know?" kata Geo santai. Althea mengangkat kepalanya, memberikan tatapan membunuh pada Geo.

   "DIE!!!" teriaknya kencang, menerbangkan semua benda yang ada di sekitarnya.

   Mereka berlari menjauh dari Althea secepat mungkin, masuk ke dalam labirin,dan mendapati Devano dan Tamara yang sedang duduk bersandar di dinding labirin. Tidak, itu Devano, Tamara sedang bersandar di bahu Devano lebih tepatnya. Matanya terpejam, tidur?

   "Woy, lo kenapa?" tanya David, langsung menghampirinya.

   "Momen yang gak boleh di lewatkan" guma Lenar, segera mencari ponsel nya di dalam saku celananya.

    Cekrek!
     Lenar mengambil gambar kedua orang itu, tepat di depannya, dan langsung di pelototi Devano dengan tatapan ingin memakannya. Lenar langsung sembunyi di balik tubuh David, menjulurkan lidahnya, mengejek.

   "Dasar gila, nyawa udah di ujung tanduk, masih sempet foto-foto, tepuk tangan satu kali gue"

    Sebuah pisau melayang, menancap di rumput belakang Lenar, gadis itu mendapat goresan di bahunya. Satu lagi, pisau melayang melewatinya, mengenai lengannya.

   "Aw!!" Lenar mengaduh kesakitan, ini sudah ke 3 kalinya kulitnya di gores oleh benda tajam itu.

   "Sorry, aku sengaja" kata sebuah suara yang sekarang menjadi pusat perhatian mereka, Nina berdiri menghalangi jalan keluar, dengan beberapa benda tajam melayang di dekatnya.

   "Datang di saat yang tidak diinginkan" umpat Geo.

   "Please, kill me" terdengar sebuah suara yang sangat pelan, parau, dan serak. Hanya Geo yang mendengarnya. Matanya tertuju pada gadis yang berdiri tak jauh darinya.

VILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang