16 - Nightmare Side

87 5 0
                                    

___

Ini pagi yang cukup menyeramkan, Tamara baru saja bangun dari tidurnya yang nyenyak, sudah melihat seseorang yang tergantung di pintu kamar mandinya.

   "Ra, tenang" Devano mencoba menenangkan gadis itu yang gemetar takut.

   "Gimana bisa ada yang bunuh diri gitu? Kenapa di kamar gue sama Tamara?" protes Lenar pada cowok yang duduk di hadapannya, David. Cowok itu hanya menghela nafas mendengar segala ocehan kekasihnya itu.

   "Kok dia bisa masuk?" tanya Nina, semua memandangnya. Dia baru saja datang ke kafe yang sering mereka kunjungi, seperti sekarang ini.

   "Mungkin dia punya kunci cadangan" jawab Dylan.

   "Hm, iya juga. Terus kenapa dia bunuh diri di kamar Lenar ma Tamara?" tanya Nina lagi, dia berjalan masuk lalu duduk di sebelah Grace.

   "Mungkin itu ancaman, atau apa?"

   "Ngapain dia ngancem?"

   "Kenapa lo gak nanya sama mayatnya" sahut Geo, Nina menatapnya sinis.

   "Setan, gue serius lo malah becanda"

   "Gue jadi inget perkataan si hantu kembaran Nina semalam. Alter-ego nya Nina bakal balik lagi, apa maksudnya?"

    Geo terdiam, dia sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai matanya menangkap sebuah garis memanjang di leher Nina.

   "Lukanya masih baru?"

   "Napa lo liat-liat, naksir?" tanya Nina asal.

   "Mimpi"

    Nina memutar bola matanya malas. Lalu, kembali mengobrol dengan Grace. Ada yang berbeda dari gadis itu, cara bicaranya yang biasanya ceria itu sekarang menjadi kasar dan ketus. Lalu, dirinya yang biasanya memakai pakaian dengan warna-warna cerah dan selalu memakai celana jeans itu berubah menjadi pakaian longdress selutut berwarna putih.

   "Nina kenapa?" tanya David berbisik di telinga Geo.

   "Mana gue tau, emang gue abangnya"

   "Lo kan biasanya tau" sahut Dylan.

   "Biasanya..."

    Drrdrr
    Ponsel Nina bergetar, ada panggilan masuk, sebuah nama terpampang jelas di layar ponsel itu. Dion dengan empel-empel on, jadi Dio'on tulisannya.

   "Hello, brother" Nina berbicara lewat telepon. Dia tersenyum mendengar perkataan orang dari seberang, bukan senyuman senang, senyuman setan lah yang mereka lihat di wajah gadis itu.

   "...."

   "Nope, villa gak kebakaran, aku cuma iseng aja"

   "...."

   "No"

   "...."

   "You kidding me?! No!"

    Nina mengakhiri sambungan itu lebih dulu. Dia tampak kesal, seperti biasa setelah berteleponan dengan kakaknya, wajahnya pasti langsung bertekuk kesal.

VILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang