07- Library tree house

88 7 0
                                    

Grace berlari menjauh dari taman itu. Tak peduli arahnya kemana, tak peduli akan dirinya jika tersesat, yang ada dipikirannya hanya ada kata pergi dan menjauh. Dia tidak ingin melihat pemandangan mengerikan itu lagi.

  "Grace!" panggil Nina, tapi Grace tidak mempedulikan Nina.

  "Damn it" umpat Nina, kesal. Dia berhenti mengejar Grace.

  "Lo berdua kejar aja si Grace, gue ada urusan sama satu setan" katanya dengan wajah dinginnya.

  "Ha?" tentu saja, mereka berdua bingung.

  "Sana! Lo kejer dia! Nanti Grace nyasar kan jadi rempong"

  "Okay, lo harus nyusul ye" perintah Tamara, Nina hanya mengangguk.

  "Lan, lo kejer juga gih sono!" suruh gadis itu seenaknya.

  "Ha? Ngapain?" Dylan melihat Nina tak mengerti.

  "Ngapain ya? Susah jelasinnya" jawab Nina seenaknya, dengan tampang tak berdosa.

  "Gaje"

  "Udahlah, sono lo kejar si Grace, sapa tau dia kenapa-napa dan butuh bantuan, dan lo itu cowok kan?" tatapan tajam di lontarkan pada Dylan, laki-laki itu hanya menghela nafas pasrah.

  "Koq gue sasarannya"

  "Sono gih, lelet banget geraknya"

  "Iya, ratu"

  "Nama gue Nina bukan Ratu, woy!" protes Nina tak suka di panggil ratu. Orang yang di protes olehnya sudah berlari menjauh.

  "Mbak Ida bunuh diri di depan kita? Apa maksudnya?" tanya Devano pada kedua temannya. Geo dan David.

  "Woy!" panggil Nina, ketiga orang itu menoleh, melihatnya.

  "Davan, lo berdua ikutan sono gih" perintah gadis itu, lagi.

  "Nama gue Devano bukan Davan" protesnya, dengan wajah datar.

  "Davan itu singkatan David, Devano" jelas Nina, sama datarnya.

  "Oh... Ngapain kita ikutan?" tanya David, alis sebelahnya terangkat.

  "Okay, cari alasan.... Aagggrh! Otakku buntu disaat yang tidak diinginkan!"

  "Gue mau ngomong empat mata sama Geo, dan lo semua gak boleh tau"

  "Nina modus" ledek David dengan wajah datar tak berekspresi.

  "Serahlah, mau bilang modus, php, yang penting lo seneng, dan sono kejer si Dylan, masa dia sendiri cowok?"

  "Aye, sir!" keduanya melesat pergi dengan cepat.

   Nina memastikan tak ada siapa-siapa disini, kecuali dia, Geo, dan mayat itu. Setelah, memastikan tak ada siapapun di sana selain mereka, Nina baru bergerak, melangkah mendekati mayat yang sudah terkapar tak bernyawa diatas genangan darahnya sendiri.

  "Woy, lo ma-" perkataan Geo belum selesai, Nina menyela dengan cepat perkataannya.

  "Lo punya psychometric kan?" tanya Nina cepat.

  "Ha? Mak-"

  "Lo bisa menggali informasi lewat sebuah benda kan?"

  "Jang-"

  "Jangan ngelak!" bentak Nina, wajahnya terlihat serius kali ini.

  "Okay, lo tau darimana?" tanya Geo, pasrah pada akhirnya.

  "Wendy"

  "Siapa Wendy?"

  "Medium gue, lo tau gak hantu anak kecil yang gak ada mata itu?"

VILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang