Tamara A: Woy, lo semua dimana?
Nina Ar: Taman belakang, di deket kolam renang, lo tau kan? Atau mau intruksi lebih detil?
Tamara A: Iya, njir.Tamara berlari keluar kamar, dia bangun siang karena tadi malam tidur terlalu larut malam. Sekarang dia di tinggal teman-temannya sendiri di kamarnya.
"Rese, mereka. Pake acara ninggalin lagi" gerutunya sepanjang lorong itu.
"Koq tiba-tiba jadi merinding ya?" Tamara mempercepat langkahnya.
Tamara terus melangkah semakin cepat, mengingat kejadian tadi malam itu, membuatnya kembali merinding, tapi bagian di rumah pohon itu bisa membuatnya tersenyum geli sendiri, saat mengingat wajah Grace waktu itu.
Tapi, tetap saja tidak menurunkan kewaspadaan nya pada sekitar. Bola mata hazel itu menerawang seluruh sudut lorong dengan teliti, dan tak sengaja menangkap sesuatu yang mengerikan di balik jendela yang tak jauh darinya. Wajah hancur tak berbentuk, dengan luka di sana-sini, tak ada kelopak mata di sana, memperlihatkan bola matanya dengan jelas.
Lari. Hanya itu yang melintas di pikiran Tamara, dia berlari sekuat tenang sampai taman belakang. Tanpa berhenti.
"Huy, kenapa lo, abis liat setan?" tanya Nina asal saat melihat Tamara berlari menghampiri mereka.
"Seratus buat lo" jawabnya, mengacungkan jempolnya pada Nina.
"Wah... Gue bener" Nina masih belum peka.
"Serius? Gimana mukanya?" tanya Grace yang duluan peka. Nina masih dengan tampang lol nya.
"Ih.. Serem nauzubillah!"
"Gimana gambaran mukanya, Ra?" tanya Lenar yang mulai penasaran.
"Serem!"
"Semua setan mah serem mukanya, kecuali kalau udah operasi plastik" ujar Devano dengan wajah datarnya.
"Emang setan bisa operasi plastik, Devanyet?" tanya David dengan embel-embel nyet di belakangnya.
"Lo sekali lagi manggil gue gitu, gue ceburin lo" ancam Devano, tanpa ekspresi.
"Silahkan, Devanyet"
"If so, selamat nyebur, mermaid" Devano mendorong David cukup kuat untuk menjatuhkan cowok itu, hingga kehilangan keseimbangan dan mulai jatuh ke dalam kolam renang di belakangnya, lagian kenapa lagi duduk di pinggir kolam.
"Woy! Gue jatoh! Woy! Sialan lo, jing"
David berusaha untuk mengembalikan keseimbangannya, dan pada akhirnya tetap jatuh, tidak sendirian tapi. Lenar juga ikut jatuh bersamanya, karena cowok itu sempat menarik tangan Lenar yang melintas di dekatnya.
Byur!
"Kenapa lo narik tangan gue?!" protes Lenar, dia langsung mengeluarkan amarahnya.
"Salah lo yang lewat deket gue, jadi gue tarik, udah tau gue mau jatoh bukan di tolongin malah di cuekin" kata David, membela diri.
"Cocok ya, bikin iri" Tamara sengaja berkata dengan suara yang cukup keras sehingga terdengar di telinga kedua orang yang nyebur itu.
"Lo sengaja manasin kompor, Ra?" tanya Grace dengan wajah datar tak berekspresi.
"Jangan nuang minyak ke api, nanti makin besar apinya" Nina menimpali.
"Sialan lo pada!" seru Lenar dari jauh, dia beranjak keluar dari kolam melewati tangga, setelah David. Tapi, ada sesuatu yang menahan kakinya untuk bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
VILLA
Mystery / ThrillerHanya ada satu bunga yang berbeda jenis dan warnanya di dalam rumah kaca yang berisi bunga-bunga chrysanthemun.... Jika ada yang men-copy cerita ini... Bersiaplah... NINA AKAN MENGHIASI HARIMU DENGAN JERITAN MIMPI BURUKMU!!!