15

61 3 0
                                    

   "Geo turunin gue" kata Nina.

    Geo berhenti berjalan, dia sudah tahu gadis itu tidak sepenuhnya tertidur. Geo menurunkannya.

   "Yo, ada yang mau ngomong sama lo, tapi lo gak usah takut ye" kata Nina dengan seringai mengejek. Geo menatap datar Nina.

   "Emang siapa?"

   "Anani Arzenitha, kembaran gue" jawab Nina dengan senyuman yang terukir jelas di wajahnya.

    Geo tidak merespons sedikit pun. Dia hanya menatap lurus ke depan, bukan ke arah Nina, tapi sosok di belakang Nina sekarang ini.

   "Gue bakal jadi perantara biar lo bisa ngomong sama dia, okay" lanjut Nina. Geo mengalihkan pandangannya kearah Nina.

   "Lo sadar pas jadi perantara?" tanyanya memastikan. Nina menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

   "Gak, jadi tenang aja, gue gak bakalan tau apa yang lo bicarain sama Nani"

   "Bagus, gue rasa lo memang gak harus denger" guma Geo pelan, sehingga tak terdengar sampai ke telinga Nina.

   "Lo bilang apa barusan?"

   "Nothing"

•••

   "Woy, kampret, turunin gue! Gue bisa jalan sendiri!" Tamara meronta-ronta di gendong Devano. Cowok itu tidak peduli punggungnya di pukul-pukul sampai mati rasa.

   "Punggung lo kebal ya?" tanya Tamara, menyerah, tenaganya sudah habis terkuras, percuma memukul Devano.

   "Udah biasa berantem di sekolah soalnya" katanya dengan santai.

   "Diam-diam menghanyutkan, kayak Lenar lo"

   "Begitu ya?"

   "Iya, bener, sebelas-duabelas lo sama Lenar, sifatnya doank sih"

   "Hm, siapa?"

   "Yang nanya" lanjut Tamara, Devano tertawa mendengarnya.

   "Tau aja" katanya.

   "Udah keciri banget tau. Oya, lo sekolah mana?" tanya Tamara, dia merebahkan kepalanya di bahu Devano.

   "Lo sendiri?"

   "Gue nanya lo malah nanya balik, nyebelin. Gue sekolah di Moonlight High School, lo?"

   "Nanti juga lo tau"

   "Ha? Curang, gue udah jawab pertanyaan lo, dan lo harus jawab pertanyaan gue donk!" protes Tamara, dia mengangkat kepalanya.

   "Hm"

   "Devan..." panggil Tamara pelan. Devano tidak menanggapinya.

   "Dev" panggil Tamara lagi. Devano kembali mengabaikan panggilannya.

   "Busyet.. Ni cowok punya kuping apa kagak?" Tamara mulai kesal.

   "Apa?" tanya Devano pada akhirnya.

   "Tau ah, gue lupa mau ngomong paan sama lo" katanya, Tamara kembali meletakkan kepalanya di bahu cowok itu.

VILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang