24

38 3 0
                                    

   "Nina Arzenitha! Turun sekarang!" teriak seorang guru. Itu guru bk, Bu Eri. Dia berhasil memergoki Nina dan teman temannya yang ingin membolos.

   "Cepet, Nina!" seru Tamara membuat Nina terpeleset saat turun dari gerbang sekolah.

    Bruk!!!

   "Adaw!!" dia mengaduh kesakitan.

   "Njir buruan!"

    Mereka ber empat langsung lari saat melihat Bu Eri membuka gerbang sekolah, hendak mengejar mereka.

   "Masih ngejer apa kagak?" tanya Lenar yang ikut ikutan kabur juga.

   "Tau ah... Bodo, gue gak mau ketangkep dan masuk sel!" kata Tamara sambil terus berlari.

   "AAGGGRRRRHHH!!!" teriakkan terdengar. Mereka ber empat berhenti berlari, masing masing mencari sumber suaranya.

    DUK!
    Suara sesuatu yang jatuh sangat keras dari sebuah lorong yang ada di sebelah Grace. Lorong sempit dan kumuh tentunya. Mereka diam, saling bertatapan bingung sekaligus takut.

   "Hey kalian!" suara Bu Eri terdengar lagi. Mereka tidak lari, malah memanggil Bu Eri agar cepat menghampiri mereka.

   "Kalian ini ma-"

   "Bu, coba liat ada apa di dalem" potong Nina cepat. Bu Eri mengernyitkan dahi, bingung.

   "Gak, nanti kalian kabur lagi" tolak Bu Eri.

   "Haduh...bu, liat dulu dech, tadi tuh kita denger suara benda jatoh, suaranya keras banget" kata Grace. Bu Eri mendekati lorong itu berlahan.

   "Jangan!!!" cegah Tamara sebelum Bu Eri masuk ke dalam lorong.

   "Lah, kenapa lagi? Tadi minta ibu liat ke dalem, sekarang malah di cegah" kata Bu Eri heran.

   "I...tu di dalem sana.... Ada yang mati" kata Tamara pelan sekali. Mereka diam. Memasang wajah serius masing masing.

   "Ngomong yang jelas Ra" Lenar menatap Tamara dengan tatapan tajam.

   "Di dalem sana....ada....mayat" katanya dengan ragu ragu.

   "Jangan bohong kamu" Bu Eri terlihat tidak percaya, lalu masuk ke dalam lorong sempit itu, ingin memastikan.

   "Astagfirullah" terdengar sama Bu Eri berucap. Nina masuk duluan ke lorong itu, di susul dengan Grace, Lenar dan Tamara.

   "Kenapa, bu..."

    Mereka melihat seseorang tertusuk pagar kayu sampai menembus tubuh orang itu. Darah di mana mana, memenuhi lorong itu. Mual. Itu yang mereka rasakan sekarang.

   "Ada orang di sini" kata Tamara pelan. Mereka langsung bersembunyi di balik tong sampah yang cukup besar.

   "Setan, kenapa lo dorong sih? Kan gini jadinya" kata salah satu dari ke lima orang itu.

   "Bodo amat, salah sendiri gak mau nurut" kata yang memakai topi biru.

   "Udahlah, cabut!"

VILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang