Bacanya bisa sambil dengerin lagu
Once - Dealova ya biar makin kerasa feelnya.Bau rumah sakit mulai memasuki indra penciuman Dimi, jantungnya berdetak kencang mengetahui wanitanya sudah siuman.
Ia setengah berlari untuk sesegera mungkin dapat menuju kamar Abel.
Setelah sampai, Dimi cepat membuka pintu dan disana terlihat Abel bersama dokter yang kelihatannya baru saja selesai memeriksanya.
Sang dokter menengok mengetahui pintu terbuka dan keluar sambil memberikan senyuman kepada Abel juga Dimi.
Abel menatap Dimi.
Bukan tatapan seperti biasanya, dan Dimi tidak mengerti apa arti tatapan Abel terhadapnya.
Dimi maju menghampiri Abel.
Abel hanya diam, benar-benar bukan Abel yang ia kenal.
"Bel?", Dimi menyentuh pundak Abel
Dan hal selanjutnya yang dilakukan oleh Abel sangat mengejutkan Dimi.
Abel bergeser menjauh dan seperti menjaga jarak dengan Dimi.
"Kamu... gimana?", Dimi tidak mau terlalu memikirkan sikap Abel terhadapnya.
Abel masih terdiam, tatapannya kosong.
"Kamu gak usah ketemu sama aku lagi, Dim.", kata Abel tegas sambil memalingkan wajahnya.
Enggan melihat Dimi.
"Kenapa?"
"Menjauh dari aku, tolong."
"Kenapa aku harus? Kamu gak punya alasan yang kuat untuk nyuruh aku menjauh dari kamu."
"Tolong, Dim. Ngerti dong, kamu gak bisa jagain aku. Percuma kamu tetep sama aku."
Dimi terdiam, hatinya sakit mendengar wanitanya berkata begitu terhadapnya.
"Aku mau istirahat, Dim. Kamu bisa keluar sekarang. Makasih udah nyempetin kesini.", Abel merubah posisi duduknya menjadi tidur sambil menarik selimutnya.
"Nggak, Bel. Kamu gak bisa seenaknya kaya gini, apa-apaan? Kamu bangun dan tiba-tiba nyuruh aku ngejauh? Alasan kamu gak masuk akal."
"Aku udah gak butuh kamu, Dim. Kamu mau aku sedih terus-terusan buat sama kamu? Kamu tau? Aku tertekan kalo sama kamu terus, Dim."
Dimi menatap Abel,
"Enggak usah bohong sama aku, ini semua bukan yang aku harapin ketika melihat kamu bangun, Bel."
"Terus apa yang kamu harapin dari aku?!", suara Abel meninggi.
Terjadi keheningan sesaat sampai Abel membuka suaranya lagi,
"Aku udah gak bisa apa-apa. Kamu mau harapin apa lagi, hah? Aku tetep jadi cewek kamu kayak selama ini? Udah gak bisa, Dim.", Abel tertawa dengan tawanya yang dibuat-buat.
Secara tiba-tiba Dimi langsung memeluk Abel,
Abel memberontak
"Lepasin, Dim."
"Gak akan."
"Lepasin aku!", Abel semakin memberontak.
Abel terdiam. Terdengar isakan kecil setelahnya...
Abel menangis... kata Dimi dalam hatinya.
"Aku udah gak guna, Dim. Gak bisa lagi menjalankan tugas aku sebagai pacar kamu, jadi orang yang selalu ada buat kamu lagi."
Dimi terus mendengarkan.
"Aku tertekan karena aku gak bisa lagi jadi cewek yang selama ini bisa jadi yang kamu mau. Kerjaan aku nyusahin, tiba-tiba pingsan, tiba-tiba mimisan. Selalu bikin kamu khawatir, bahkan nanti lama-lama aku bakal susah jalan, Dim", Abel berkata sambil sesegukan mengingat kondisinya.
"Aku gak bisa diharepin lagi, gak bisa dampingin kamu lagi. Makanya aku mau kamu pergi dan mencari kebahagiaan kamu lagi. Karena sekarang, aku gak bisa Dim buat jadi bahagianya kamu lagi."
Tangisan Abel semakin keras, Dimi terus memeluknya sambil mengelus punggungnya hingga tangisannya reda.
Dimi melepas pelukannya, menghapus sisa air mata di pipi Abel, dan memegang dagu Abel agar bertatapan dengannya.
"Bel, kamu inget? Janji aku sebelum kita pacaran? Untuk saling percaya. Kamu percaya bukan, aku bakal selalu sayang kamu? Aku juga percaya kalo kamu bisa tetep jadi cewek aku, gimanapun kondisi kamu."
"Aku gak pernah mengharapkan kamu jadi selalu apa yang aku mau, Bel. Karena semua orang bisa berubah, kan? Siapa juga yang mau semuanya bakal kayak gini? Gak ada yang mau, Bel."
"Mungkin kamu gak bisa selalu ada buat aku, but it's not a big problem. You know why? Karena aku yang bakal selalu ada buat kamu."
Dimi tersenyum dan hal itu membuat Abel menjadi terisak kembali.
"You are all I want, Samantha Abella. Jangan jadiin semua keadaan ini untuk alasan kita gak bisa bareng."
"Dan tetep jadi bahagianya aku, apapun yang terjadi sama kamu, kamu tetep bahagianya aku, no matter what."
Kemudian Dimi mengecup jidat Abel dan Abel-pun mengeratkan pelukannya terhadap Dimi.
Hallo maafin aku baru update ya, bener-bener lagi sibuks sekali ini banyak ujian-ujian banget.
So, dont forget to vote + comment yah biar aku makin semangat update😊
Love,
Celine

KAMU SEDANG MEMBACA
IMPRÉVU
Teen Fiction"Was it hard?" I ask. "Letting go?" I nodded. "Not as hard as holding on to something that wasn't real." --- Pertemuan dan waktu? Siapa yang tahu? Mereka semua dipertemukan dan disatukan sehingga menjadi takdir. Dengan waktu yang salah maupun benar...