DOUZE

74 13 6
                                    

Sesudah Erin menyelesaikan pekerjaan mencucinya ia segera keluar dari kamar mandi hendak mengisi tenggorokannya yang kering dengan air.

"Rin"

"Hm?"

"Kenapa lo masih nanggepin chat Nichol?"

"..."

"Lo masih suka ngasih tau tentang gue ke dia?"

"..."

"Gue harus bilang berapa kali sih, Rin?"

Lalu Tami pergi meleos keluar dari kost-kostannya.

"Tami!", Erin berusaha menahan Tami

Tetapi Erin tahu, mau sekeras apapun ia bersuara tidak akan berhasil membuat Tami untuk mau mendengarkannya.

--------------------

12.18 AM

Tami masih betah berjalan-jalan sendirian.

Untung saja tadi ia mampir ke McD untuk memesan 1 PaNaS Spesial.

"Mantab djiwa", katanya.

Ia sedikit menyesal tidak membawa jacket ataupun sweater untuk berjalan di malam yang dingin ini.

Terdengar ringtone ponsel yang sempat membuatnya kaget.

JANGAN DIANGKAT is calling...

"Dimi?"

Dengan ragu-ragu Tami menjawab panggilan tersebut.

"Hahaha," terdengar suara Dimi tertawa

"Hah? Apaan sih lo? Gak jelas banget."

Lalu detik berikutnya terdengar suara Dimi seperti menangis

Tami semakin dibuat bingung olehnya.

"Halo? Lo kenapa sih?!"

"Halo, mbak? Ini tolong pacarnya udah mabok, daritadi minum gak mau berenti. Recent call terakhirnya gak aktif, dan recent call yang kedua-nya nomer ini."

"Hah?", Tami sangat bingung saat ini

"Ini dimana ya mas?" Tami bertanya

"Hangover, mbak. Ini udah mabok banget, takutnya nanti diusir sama satpam. Saya kasian, dia sendiri jadi saya bilang ini temen saya."

"Ya udah, mas saya kesana sekarang."

"Iya, cepetan ya mbak."

Argh!

Tami menghentakan kakinya

"Kalo bukan gara-gara Abel gue gak mau kaya gini."

Lalu ia segera mencari taxi untuk ditumpanginya menuju tempat dimana Dimi berada.

"Selamat malam. Kemana mbak?"

"Ke Hangover ya, pak."

"Yang Jalan Sukaasih itu ya? Ok, mbak"

"Iya, pak. Rada cepetan ya pak"

"Siap."

15 menit kemudian Tami sampai, ia segera membayar jumlah tagihan tumpangan taxi sesuai dengan argo dan segera turun.

Ia melihat mobil Dimi terparkir dengan jelas di ujung lahan parkir Hangover.

Tami sempat dicegat oleh satpam karena penampilannya, yaitu kaus lusuh kebesaran, celana panjang piyama, dan sendal capit rada kotak konichiwa-nya, juga rambutnya yang dicepol.

Tapi berkat Dimas, mas-mas yang menolong Dimi dan menelopon Tami, Tami akhirnya dapat masuk.

Disana terlihat Dimi tergeletak di sofa.

Matanya setengah terbuka, terkadang ia tertawa.

"Udah ada hampir se-jam dia kayak gini," Dimas bersuara.

Tami menghampiri Dimi dan menepuk-nepuk pipi Dimi.

"Dim.. Dim.. Bangun, Dim"

Tetapi tidak ada pergerakan apapun dari Dimi.

"Mas, saya minta tolong ya. Tolong bantuin bawa mas ini ke mobilnya"

"Gak apa-apa mbak, ini mas nya saya bawa sama temen saya aja."

Lalu Dimas memanggil temannya di belakang

Sementara Tami berusaha mencari kunci mobil Dimi.

"Udah mbak?" tanya Dimas

"Udah-udah kok mas"

"Sul! Ayo angkat," teriak Dimas kepada temannya.

Pada saat Tami mau membantu Dimas dan temannya untuk membawa Dimi,

"She..."

Tami mendongak, ia melihat Nichol disitu.

"Mas, udah gak apa-apa. Saya aja yang bawa, makasih ya"

"Eh? Udah gak apa-apa, berat loh mbak," jawab Dimas bingung.

Nichol berusaha menarik tangan Tami.

"She!"

"Apaan sih?!" Tami menangkis tangan Nichol.

"Ya udah mas, tolong bantuin saya sampe ke ujung aja ya. Mas sama saya aja, saya gak butuh bantuan dia," Tami berkata kepada Dimas lalu mendelik sinis ke arah Nichol.

Mereka pun membawa Dimi sampai ke mobilnya.

"Makasih ya mas!"

"Yo. Sama-sama," Dimas tersenyum.

Tami berjalan memutari mobil untuk menuju ke pintu kemudi dan membukanya, tetapi tiba-tiba sebuah tangan mencegatnya.

Tami tahu itu siapa, dengan sesegera mungkin ia menepas tangan tersebut.

"She! Kenapa sih? Kamu selalu menghindar tiap ketemu aku?"

"Ya iyalah! Gue sama lo gak ada urusan apa-apa. Ngapain juga harus berbasa-basi kalo ketemu?"

Sudah lebih dari 10x Nichol mendengar jawaban tersebut.

"Dia siapa?" tanya Nichol.

Tami terdiam dan masuk ke mobil, lalu membuka kaca mobil tersebut.

"Cowo gue. Kenapa?" jawabnya sambil menaikan kembali kaca mobil Dimi.

Tidak lama mesin mobil dinyalakan dan Tami mengendarai mobil Dimi untuk secepat mungkin keluar dari tempat ini.

Nichol hanya bisa memperhatikan mobil yang pergi itu secara seksama.

"Lo kenal dia, Sul?"

"Kenal."

Dimas manggut-manggut tanda mengerti.

"Dia cewek gue."

Dimas tertawa, "Ngarep lo! Udah jelas tadi dia jawab yang mabok itu pacarnya bego."

Nichol tertawa dengan nada sarkastik-nya, "Dia bohong."

IMPRÉVUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang