DIX-SEPT

81 13 7
                                    

Mulmed: Merayakan Anya yang akhirnya mandi setelah seminggu.





Sehabis menonton film di bioskop, mereka mencari makan. Tapi, tidak ada yang menarik perhatian Tami.

"Kita ke daerah Kemang aja."

"Emang disana ada restoran apa?"

"Udeh, pokoknya enak. Lo gak akan nyesel."

Akhirnya Dimi mengemudikan mobilnya menuju Kemang.

Dan setelah disana, Dimi bertanya, "Mana, Tam?"

"Itu depan yang ijo."

"Hah? Itu bukan restoran."

"Lo coba dulu. Baru ngomong. Pernah makan sate padang gak?"

Dimi menggeleng.

"Haduh. Lo akan menyesal telah menghabiskan waktu lo selama ini tanpa pernah tau rasanya."

"Lebay lo nyet."

Mereka pun turun dan berjalan ke tempat tersebut.

Terlihat beberapa pengunjung dan sang penjual sedang mengipas sate.

"Mang. Mau 3 ya, 2 makan disini, 1 dibungkus. Biasa, yang saya pake keripik pedes langsung."

"Wah, neng. Sama siapa nih? Tumben gak sama si Inces."

Karena penjual tersebut cadel, maka agar mudah Erin meminta dipanggil 'Inces' saja katanya.

"Iya pak. Ini orang katro belom tau rasa sate padang Tumpe-Tumpe."

Lalu sang penjual tertawa sedangkan Dimi memberikan tatapan 'kurang ajar lo' kepada Tami.

Mereka duduk berdempetan karena penuhnya pengunjung sate padang pada hari minggu ini.

"Lo bete ya makan di kaki lima?"

Dimi menatap Tami,

"Enggak. Lagian kan kata lo enak, jadi ya udah. Siapa tau bisa jadi referensi kalo gua gak ada uang."

Tami manggut-manggut sambil tersenyum.

Sang penjual menghampiri mereka dengan dua piring sate padang dan lontong di kedua tangannya, yang berbeda adalah milik Tami terdapat serbuk keripik pedas.

"Kok gue gak ada?" Dimi melihat piring Tami, dan langsung menyomot keindahan surga Tami tersebut dengan sendoknya.

Dimi meresapi rasa yang ada di mulutnya.

Dan Tami memukul punggung Dimi dengan keras.

"Itu gue sengaja sisain buat terakhir! Kenapa lo ambil?!"

"Ya udah tinggal ambil lagi sih."

Lalu Dimi berdiri dan membawa piring milik dirinya dan Tami.

Dimi kembali dengam serbuk keripik yang sangat banyak.

Jika digambarkan, kini mata Tami telah berbinar-binar.

Lalu Tami melihat ke arah piring Dimi.

Dan tersenyum penuh makna.

"Enak kan? Ketagihan kan? Suka kan?"

Sambil mencolek-colek dagu Dimi.

Dimi menghindar dan ia terlalu gengsi mengakui bahwa makanan ini sangat enak, sehingga ia menjawab,

"Gak enak. Gue keripikin biar rasa gak enaknya gak terlalu kerasa."

Tami terlihat kecewa, lalu ia memakan satenya dalam diam.

IMPRÉVUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang