Mulmed: Takis party merayakan Anto yang diusir dari rumah ketauan Bunda lagi main sabun di wc.
"Terus lo ngapain mau kesini?"
"Mau nyari Abel lah. Gue kan udah bilang lo harus tanggung jawab, nyet."
Tami terdiam, karena ia tahu percuma dirinya dan Dimi mengelilingi Indonesia beratus-ratus kali-pun Dimi tidak akan menemukan Abel.
"Ah, besok aja. Gue cape. Mau tidur, besok gue ada test."
"Lo pikir gue peduli?" Jawab Dimi.
Tami memutarkan bola matanya, tubuhnya lelah rasanya jika bisa tidur seminggu ia akan tidur seminggu.
Belom lagi besok hari senin.
Hari yang di benci oleh semua orang.
"Cepetan, bego!"
"Bentar dong baru juga gue sampe," tukas Tami.
"Aw. Sakit lagi liatin gara-gara ulah lo. Jadi ga mulus lagi kan kulit gue!"
Tami melihat ke arah Dimi dan diam memperhatikan bekas cakaran kucing yang mulai mengeluarkan darah segar berwarna merah.
Jika itu adalah darah suci, tentu saja sekarang para vampire itu sudah ada disini.
"Tanggung jawab lo!"
"Bo-do."
Tami lebih memilih memainkan ponselnya dan membalas pesan dari Erin bahwa kost-annya sudah aman.
"Aw!"
Terdengar suara Dimi dari dalam wc menunjukan bahwa ia kesakitan.
Tami lalu membuka bungkus Chitato berwarna coklat milik Erin dan memakannya sambil menunggu buffering film dari web layarkaca21.
Ya, ia memang tidak modal.
"Woy. Lo punya plester buat luka yang coklat itu gak?"
Tami menatap Dimi yang wajah dan tangannya basah seperti habis dibersihkan.
"Handsaplast maksud lo?"
"Ya gue kaga tau namanya apaan. Dimana?"
"Tuh deket dispenser ada P3K terus ada kotak kecil, disana semua kalo lo butuh Betadine juga."
Dimi segera mengikuti instruksi dari Tami dan mencari kotak tersebut, lalu masuk kembali ke dalam wc untuk memasang plester ke lukanya.
Ketika Dimi keluar, Tami terlihat serius menonton film Fast & Furious 8.
Tami menyipitkan matanya karena subtitle yang tidak terlihat dikarenakan video film tersebut masih berstatus 'CAM' yang berarti tidak akan jelas.
"Alah, gak punya duit lo buat nonton di bioskop? Gue kasih nih. Kasian bener."
"Bukan urusan lo, bego."
Tanpa disangka, Dimi menarik Tami.
"Cepetan!"
"Apa sih? Gue bilang gak mau ya gak mau. Budek lo?!"
Tanpa peduli Dimi menarik Tami sampai ia masuk mobil dan langsung tancap gas.
Tami memberontak.
"Turunin gue ato gue teriak?!"
Lalu tanpa basa-basi Tami membuka jendela dan berteriak.
Lalu seorang bapak-bapak berkumis menghampiri mobilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
IMPRÉVU
Teen Fiction"Was it hard?" I ask. "Letting go?" I nodded. "Not as hard as holding on to something that wasn't real." --- Pertemuan dan waktu? Siapa yang tahu? Mereka semua dipertemukan dan disatukan sehingga menjadi takdir. Dengan waktu yang salah maupun benar...