TRENTE-QUATRE

37 5 0
                                    

Dimi pun sampai 30 menit kemudian dikarenakan kondisi jalan raya Jakarta yang mulai padat ketika sore hari.

Dimi pun berlari kecil memasuki lobby hotel tersebut, ia khawatir karena khawatir Mom Vina telah lama menunggu.

"Mbak, hari ini ada acara kantor disini? Di lantai berapa ya?" tanyanya kepada resepsionis.

"Perusahaan Bapak Samuel?"

Dimi terlihat bingung, "Memang hari ini di sini ada berapa acara mbak?"

"Dua. Perayaan ulangtahun PD. MITRA MANDIRI di lobby utama dan sweet seventeen di lobby lantai 4," jawabnya.

"Lobby utama di sebelah mana, mbak?"

"Bapak lurus saja nanti ditengah-tengah ada pintu besar, disana tempatnya."

Dimi mengangguk dan berlari kecil mencari dimana lobby utama berada.

Ketika ia menemukannya, pintu besar tersebut sudah tertutup dan tidak ada satupun orang yang berjaga.

Mungkin acara sudah dimulai, pikirnya.

Dimi memutuskan untuk memasuki lobby tersebut, terdapat banyak sekali orang di ruangan besar tersebut dengan pakaian khas pesta.

Mereka terlihat sedang menghadap ke arah panggung memperhatikan sesuatu disaat Dimi sibuk mencari dimana Ivana berada.

"Saya sangat bangga karena pada hari ini..."

Dimi mengenal suara ini, ia berlari kecil untuk mendapatkan tempat yang menghadap ke arah panggung.

Disana terlihat Ivana dengan gaun birunya sedang berpidato.

"Hari ini adalah hari besar bagi ayah saya untuk menerima penghargaan ini..." Ivana terus berpidato di atas panggung tersebut hingga seorang lelaki yang Dimi ketahui maju dan mencium Ivana.

Dia?

"Selamat malam semuanya. Terimakasih telah hadir di acara besar perusahaan kami malam ini, terutama putri saya, Ivana yang menyempatkan hadir..."

Dimi membeku.

Anak?

Ivana anak lelaki brengsek itu? Fakta macam apa ini? Mengapa ia tidak pernah tahu?

Emosi Dimi seketika meluap-luap, ia bertanya-tanya apakah Ivana mengetahui bahwa ayahnya dan ibunya memiliki hubungan yang tidak sepantasnya tercipta diantara mereka.

Dimi mengepalkan tangannya sambil terus menatap kedua orang yang tengah tersenyum bahagia di atas panggung tersebut.

----------

"Tam, lo dimana?" ujar Bima menahan ponsel di telinga sebelah kirinya.

"..."

"Gue jemput sekarang."

"..."

"Dimi akan tahu."

"..."

Lalu Bima mematikan ponselnya dan segera menjalankan motornya untuk menjemput Tami.

Di lain tempat Tami bertanya-tanya apa maksud dari perkataan Bima.

Ia bukan Limbad, tetapi misteriusnya melebihi Limbad, pikirnya.

--------------------

Ivana tengah berbincang dengan rekan kerja ayahnya ketika terdengar suara tepuk tangan dari belakang tubuhnya.

Ia pun membalikan badannya dan menegang saat itu juga, begitu pula ayahnya.

"D..Dim... G..Gue bisa jelasin."

IMPRÉVUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang